"Ini tempat kos ku. Â Kamu tahu kan jalan ke tempat kos teman kamu itu, apa mau aku temani?" Tawar Nara ramah.
"Gak usah, aku tahu kok jalannya, makasih ya."
Rein  melanjutkan perjalanannya,  ia terlalu gengsi untuk meminta bantuan Nara. Ia berpikir pasti kosan Lea sudah dekat, demi melihat jalan di  hadapannya yang melebar.  Tapi kearah mana, kanan atau kiri, Rein  tertegun, ia menoleh ke kanan dan ke kiri secara bergantian.
Terlihat ada beberapa orang yang sedang berjalan, apakah ia harus bertanya kepada mereka? tapi bahkan nama gang dari kosan Lea pun ia tak hafal. Rein menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Masih disini?" Sebuah suara kembali terdengar. Rein terlonjak, jantungnya seakan berhenti berdetak, ia menoleh ke belakang.Â
Dia lagi.
"Emmmm, ini jalan ... eh jalan ini ..." Rein tiba-tiba menjadi sangat gugup.
"Kamu mau kemana, misterius banget, kan tinggal sebutin nama?" Nara tersenyum ramah.
"Mau ke Lea," bisik Rein lirih, akhirnya ia menyerah.
"Oh mau ke tempat Lea. Kalau ngomong dari tadi kan gak usah muter jalannya kayak sekarang." Nara tersenyum simpul.
"Yuk, lewat sini! Â Kebetulan aku mau ke wartel dekat kosan Lea."