Rhea terkejut dengan bentakan Bara. Belum pernah ia dibentak seperti itu oleh orang yang tak dikenalnya. Rhea pun pergi meninggalkan pemuda yang penampilannya jauh dari rapi itu.
***
Rhea bergegas menaiki tangga kayu itu. Matahari telah berada di ufuk barat. Rasa lelah telah membuat tidur siangnya melebihi batas. Pakaian di kawat jemuran itu terombang-ambing di tiup angin sore. Rhea melihat beberapa tanaman yang berada di pot. Mereka layu. Diraihnya selang yang terhubung dengan keran air. Rhea mulai menyirami tanaman itu.Â
"Kamu boleh menyiram tanaman ini, tapi jangan pernah menyentuhnya." Rhea terlonjak mendengar suara yang datang tiba-tiba di telinganya. Selang air di tangannya menjadi liar tak terkendali.
"Hei, kenapa kamu jadi nyiram aku. Aku kan bilang tanaman ini." Bara menyimpan sebuah pot tanaman di samping bangku kayu.
"Eh maaf, gak sengaja."
Bara meliriknya sekilas dan pergi meninggalkan Rhea.
Rhea menatap tanaman baru itu, baru kali ini ia melihat tanaman berbentuk seperti itu.
***
Malam ini Rhea tidak mencuci tapi tetap saja ia menapaki tangga kayu itu. Bangku itu kosong tanpa penghuni. Rhea pun mendaratkan tubuhnya di sana. Tanaman baru itu bergoyang-goyang ditiup angin malam. Rhea berjongkok, memandangi daun-daun nya yang runcing. Baru saja ia akan membelai daunnya ketika sebuah suara berteriak lantang.
"Jangan sentuh itu. Aku kan sudah bilang, kamu boleh menyentuh semua tanaman di sini kecuali yang satu itu."Â