Mohon tunggu...
Ar runadei
Ar runadei Mohon Tunggu... -

life is all about a point of view

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tragedi Cangkir Kembar

23 November 2013   09:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:47 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sebetulnya, saya nggak pernah mencari cangkir itu”

“Maksud kamu?” tanya Siti heran. Ekspresi wajah Mahpud benar-benar berbeda sekarang.

“Karena cangkir kamu nggak pernah hilang Siti. Saya yang menyembunyikannya. Supaya saya punya alasan buat deket sama kamu. Saya cinta sama kamu Siti. Saya nggak mau kehilangan kamu” jelas Mahpud parau

Siti terkesiap. Mungkin bila ia tahu tentang ini dulu, ia akan marah besar pada Mahpud. Namun, sekarang siapa yang peduli dengan hal sepele begitu?. Karena itu pastilah salah satu trik takdir untuk mempertemukan, dan menyatukan mereka.

“Saya juga cinta sama kamu. Sangat cinta” Siti tersenyum bahagia. Tidak ada lagi yang salah dengan perasaannya sekarang. Yang ada dibenaknya hanyalah Mahpud seorang.

“Kalau begitu... boleh saya menemui orangtua kamu untuk melamar?” tanya Mahpud dengan senyum datar.

Siti mengangguk antusias. Jangankan bicara untuk melamar, Mahpud ingin menikahinya saat ini pun Siti pasti akan mengangguk. Mahpud lantas menggandeng tangan Siti. Namun ternyata ia melupakan sesuatu.

“Oh ya, saya mau beli nasi rames dulu, tadi disuruh sama ibu. Yuk”

“Kalau gitu saya kerumah kamu duluan aja deh, nunggu di sana”

“Oh. Ya udah. Saya ke warung dulu ya”

Baru kali ini Mahpud berani menemui orangtuanya. Sendirian pula. Mungkin itu bukti keseriusan Mahpud padanya. Gadis itu pun hanya bisa tersenyum sendiri. Namun, ada yang terasa janggal pada perasaannya. Sesuatu yang sepertinya terlalu salah. Yang begitu mengganggu ketenangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun