Ramon menganga tak percaya. Siti pasti tidak tahu tentang cerita ini.
“Dimana Mahpud Pak? Dia harus menjelaskannya pada Siti”
Menurut pria itu, Mahpud tengah mengurung diri dalam kamarnya. Setelah Mahpud tahu kebenarannya, ia begitu marah. Karena ia sudah terlanjur sangat mencintai Siti. Pria itu tengah bergegas membujuk Mahpud untuk menerima kenyataan, saat disadarinya Mahpud tak berada di tempatnya. Jendela kamar yang terbuka dengan tegas mengisyaratkan bahwa penghuninya telah pergi.
Siti tertegun di tempatnya. Apa yang baru saja didengarnya seperti sambaran petir yang menerjang ulu hatinya. Apa yang dibicarakan Mahpud dengan orangtuanya bukanlah perihal lamarannya untuk Siti, namun fakta mengejutkan tentang cerita masa lalu mereka. Tentang koneksi antara Siti dan Mahpud yang telah terbentuk bahkan sebelum raga dewasa mereka sempat bertemu. Bahwa Mahpud dan dirinya adalah saudara kembar. Orangtuanya memberikan Mahpud pada seorang tukang becak miskin yang terpisah karena kebakaran.
Lantas Siti mendengar teriakan Mahpud.
“Kalian memang kejam! Kalian memberikan saya pada orang lain hanya karena kalian miskin. Dan sekarang lihat akibat perbuatan kalian. Saya jatuh cinta pada kembaran saya sendiri!!”
“Kami minta maaf nak. Kami terpaksa...” rengek suara ibunya
“Ahh. Saya nggak butuh permintaan maaf kalian. Yang saya butuhkan adalah kalian membayar semuanya dengan hidup kalian”
Saat perasaan Siti semakin bergejolak, ia segera masuk kerumahnya. Namun teriakannya tak dapat menghentikan sebilah belati yang telah melumpuhkan tubuh orangtuanya. Mahpud telah menyabetkannya secara membabi buta pada orangtua mereka. Dengan berlumuran darah, lelaki itu memandang Siti keji.
“Siti... sayangku.. saya mencintai kamu, sangat mencintai kamu. Tapi saya juga benci kamu! Kenapa mereka lebih memilih kamu untuk tetap tinggal bersama mereka? Kenapa saya yang dibuang?!”
Siti terpaku di sana. Ia tak bisa bergerak bahkan untuk melarikan diri. Kakinya seolah terkunci rapat di lantai, air matanya bercucuran, menatap tubuh berlumuran darah milik kedua orangtuanya. Lantas Mahpud mendektinya. Ia merangkul Siti dari belakang. Detik yang sama ketakutan merebak di hati Siti.