Mohon tunggu...
Syamsurijal Ijhal Thamaona
Syamsurijal Ijhal Thamaona Mohon Tunggu... Penulis - Demikianlah profil saya yg sebenarnya

Subaltern Harus Melawan Meski Lewat Tulisan Entah Esok dengan Gerakan Fb : Syamsurijal Ad'han

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memutus Nalar "Tionghoa sebagai Sang Lian"

6 Februari 2019   14:04 Diperbarui: 6 Februari 2019   14:11 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekalian Hwe Kwan Poenja alamat

Terpandang Kwi-khi sebagai djimat

Nabi Kong Hoe Tjoe jang kita hormat

Allah Poedjiken dengan slamat

Sekali lagi naskah ini memperlihatkan bagaimana tradisi Islam (Pesantren) bisa bertemu dengan Tionghoa.  Dalam konteks ini terlihat bahwa Tionghoa sejak dari dulu sudah terbiasa berinteraksi dengan pesantren, demikian sebaliknya. 

Pesantren tidak risih dengan keyakinan Tionghoa, misalnya meyakini adanya nabi Koen Hoe Tjoe, sebaliknya orang Tionghoapun tidak ragu menyebut Allah sebagai Tuhan yang patut dipuji dan disembah, meski selama ini penyebutan Tuhan mereka adalah T'ien.  

Apa yang tergambar di atas menunjukkan bahwa Tionghoa selama ini bisa melebur menjadi bagian dari masyarakat Nusantara. Sebaliknya etnis-etnis yang dianggap lokal, juga bisa menerima keberadaan mereka dengan cukup baik. 

Dengan kata lain, sudah sejak lama Tionghoa bisa merajut keragaman dan peradaban di Nusantara. Tegasnya Tionghoa ini tidak bisa lagi disebut pendatang, tapi tak lain adalah orang asli Nusantara juga.

Situasi hidup guyub antara Tionghoa dan etnis lainnya yang berlangsung cukup lama, sirna setelah rezim orde baru membatasi kiprah Tionghoa dengan segenap kebudayaannya di Indonesia. 

Saat itu pemerintahan Soeharto mengeluarkan inpres No.14 /1967 mengenai pembatasan Kegiatan Agama, Kepercayaan dan adat istiadat Tionghoa. Konon aturan itu juga diterapkan karena adanya kecurigaan Tionghoa Indonesia ini berhubungan dengan RRC yang dianggap pengusung komunisme.

Lamat-lamat Tionghoa mulai dianggap sebagai etnis lain di Indonesia. Pendatang yang 'sering' kali dicurigai. Narasi yang dibangun mengenai etnis ini pun hampir selalu bernada negatif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun