Rio tetap berjalan terus. Tak pernah berpaling. Ia terus melangkah, lalu naik ke ojek.
Lastri terus mengejarnya. Lupa bahwa Rio sudah berkendaraan. Bahkan juga lupa bahwa Ia berlari tanpa alas kaki. Â Lastri terus berlari mengejarnya. Dan Rio tidak juga pernah berpaling. Ia semakin menjauh.
Ah....andai sekali saja engkau berbalik Rio! Mungkin tidak akan terjadi hal yang paling memilukan ini dalam hidupmu. Tapi begitulah rumus jagat raya. Â Tidak semua berjalan sesuai kehendak kita. Suratan Tuhan itu jualah yang terjadi. Ibarat kata; 'Lain diniat lain ditakdir, lain diacah lain yang jadi'.
***
Tetapi manakala ia menginjakkan kaki di halaman rumahnya. Seorang tetangganya bergegas mendatanginya. Begitu sampai di hadapan Rio, tetangganya dengan wajah tegang menyampaikan kabar yang membuat Rio seakan tertimpa langit yang rutuh. Lastri tertabrak mobil saat berbalik dari mengejar Rio yang sudah jauh meninggalkannya. Kini Lastri sudah ada di rumah sakit.
Beberapa detik Rio hanya berdiri lunglai. Tulang di tubuhnya seperti dilolosi satu-satu. Sampai tetangganya kembali bicara.
 "Pak Rio sekarang harus ke rumah sakit Wahidin! Keadaan Lastri saya liat agak parah".
Rio tidak bicara. Ia hanya mengangguk pelan. Â Lalu setengah berlari Ia mencari ojek.
Rio sampai di ICU tepat saat tangan Lastri dilipat dengan pelan di atas perutnya oleh dokter yang ada di situ. Samar-samar Ia mendengar suara dokter itu berucap. "Ia telah kembali menghadap Tuhannya"
Dilihatnya tante germo menangis sesenggukan. ibu tua yang tadi dipanggil ustazah matanya juga berkaca kaca, lalu pelan jatuh satu persatu menyentuh pipinya. Â Ia menangis tanpa suara. Beberapa ibu-ibu yang dikenalnya sebagai tetangganya sibuk menyeka air matanya. Beberapa lelaki yang ada di ruangan itu menunduk, terpekur.