Mohon tunggu...
Iis WKartadinata
Iis WKartadinata Mohon Tunggu... Guru - guru dan pencinta buku

guru dan pencinta buku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Oneng

3 November 2022   13:25 Diperbarui: 3 November 2022   13:32 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            "Kapan emak pulang?"

            "Belum ada kabar."

            "Belum kirim surat?'

            "Pernah satu kali. Tapi setelah dibalas, si emak tidak kirim surat lagi."

            "Mungkin emakmu repot. Semoga saja dia cepat kirim kabar. Atau siapa tahu kamu langsung dikirimi bingkisan besar... namanya juga kerja di Arab, paling jelek bawa jam tangan mahal atau kamera..."

            Anak itu hanya mesem, "Mudah-mudahan..." tatap Ega kosong. Aku bisa membaca kebingungan di wajahnya. selama ini, hanya Oneng yang bekerja keras membiayai semua anaknya. Sementara itu kedua adik Ega yang laki-laki diasuh oleh kakak perempuan Oneng yang  tidak punya anak. Sedangkan anak perempuannya berada dalam pengasuhan sang maru, istri tua suami Oneng yang kini entah bagaimana statusnya.

            Aku hanya menarik nafas lelah. Kutangkap kelelahan pula di wajah anak laki-laki yang mulai menjadi pemuda ini. Andai Oneng turut mengikuti perkembangan anak laki-lakinya. Patutlah dia berbangga.

Tiba saatnya, mak Odoy, ibunya langsung yang menulis sedikit kata di surat. Karena merasa penting untuk menyampaikan sesuatu. Apalagi setelah beberapa kali surat yang dikirim tidak juga dibalas. Sudah pasti Oneng akan membalasnya. Tapi lagi-lagi nihil. Surat balasan yang ditunggu tidak muncul juga. Apa mungkin dia mulai lagi dengan penyakit lamanya. Jatuh cinta pada laki-laki Arab sebagai petualangan baru dan melupakan negerinya. Memang tidak mustahil. Aku tahu sifatnya.

            Kerinduan keluarganya kian meradang, kepergiannya sudah hampir dua tahun. Jangankan kiriman uang, kabar saja entah kapan datangnya. Kini keempat anaknya hanya berada dalam penantian yang tidak pasti. Tapi apa daya. Mereka hanya bersabar dan bersabar. Mereka juga tidak terbius oleh berita-berita di TV tentang kabar buruk yang menimpa para TKW. Karena setahu mereka, teman-teman TKW di kampugnya tidak ada yang bernasib buruk.

            Berikut, dikirimlah lagi surat terakhir yang menjadi harapan keluarga. Surat kali ini mungkin bisa mengubah semuanya. Ini kabar paling penting untuk Oneng. Meskipun kabar paling pahit, lebih pahit dari rangkaian perceraian yang dilewatinya, membuatnya menjadi cemooh dan bahan gunjingan para pegawai KUA.

            "Cuma kamu yang suka coret-coret dokumen di sini. Dan cuma kamu yang namanya sering disebut di dokumen ini..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun