Mohon tunggu...
iin nuraeni
iin nuraeni Mohon Tunggu... Guru - seorang ibu yang menyukai anak-anak, suka menulis, dan ingin terus belajar.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tentang Hari Ibu dan Rindu yang Membelenggu

22 Desember 2022   22:00 Diperbarui: 22 Desember 2022   22:04 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ayah menjadi lebih sibuk dari biasanya, karena kehadiran dua adikku, dan aku pun berusaha menjaga atau mengajaknya bermain, walau ibu sering menghardikku, dan bahkan memarahiku, walaupun aku sudah berusaha lebih hati-hati menjaga adik.

Sepuluh tahun sudah aku bersama ayah dan Ibu Tiriku dan kedua adikku, sampai akhirnya aku melanjutkan kuliah di kota B.

Dengan dorongan dari Ayah dan Bi Oyok, akhirnya aku memutuskan menyelesaikan kuliah.

Aku sering melihat ibu mengambil uang ayah tanpa izin, aku sering ibu memberi uang untuk orang tuanya tanpa izin, ingin rasanya aku memberitahukan kepada ayah, pernah aku mencobanya, namun ayah tidak percaya kepadaku.

Aku tak ingin membantah karena aku takut akan dosa.

Syair lagu itu kembali terngiang di telingaku, kembali anganku menerawang jauh ke masa lalu, membayangkan bagaimana bahagianya jika aku memiliki ibu sampai kini, disaat aku sangat membutuhkan beliau, namun takdir Allah berbeda dengan anganku, dan belajar menerimanya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

Apakah mungkin tujuan dari Allah memanggil Ibu terlebih dahulu, agar aku menjadi wanita yang kuat dan dewasa, yang tidak membebani ibunya...

Syair itu kembali terngiang, dengan isi syair yang menyayat hati, air mata pun kembali menetes.

Perjalanan hidup yang penuh ujian membuatku menjadi wanita yang kuat, terima kasih Ya Allah, Engkau yang selalu menemani hari-hariku, Kau yang membuatku menjadi kuat dan tabah, dan ujian kembali hadir, ketika ayah kembali ke Sang Pemilik, aku tidak tahu apakah aku bersedih, atau bahkan bahagia, karena ayah sudah tidak lagi dipusingkan oleh ulah Ibu Tiriku, aku tak tahu.

Suatu hari, ayah meninggalkanku dan kembali ke Sang Pemilik abadi, dan aku pun tidak tau tentang rasa yang ada dalam hati ini. Ayah yang tak pernah dekat denganku, ya hanya sekedarnya saja, ayah terlalu sibuk dengan pekerjaan dan keluarga barunya. ingin rasanya aku peluk ayah, aku butuh kehangatan dan perhatian seorang ayah, namun itu hanya anganku belaka, kembali aku menghibur dan membesarkan jiwaku.

Belum seribu hari ayah kembali ke sang Pemilik, Ibu tiriku kembali menikah dan membawa suaminya ke rumah ayah, dan aku tidak tahu apa yang harus aku katakan, sedangkan pembagian harta waris dan harta gono-gini pun belum dilakukan, walaupun aku tahu Ibu tidak bekerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun