Mohon tunggu...
iin nuraeni
iin nuraeni Mohon Tunggu... Guru - seorang ibu yang menyukai anak-anak, suka menulis, dan ingin terus belajar.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tentang Hari Ibu dan Rindu yang Membelenggu

22 Desember 2022   22:00 Diperbarui: 22 Desember 2022   22:04 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Anak kaya atau miskin, ...........................................

Berani kepada orang tua dosanya besar, bertemu kamu di akhirat kelak

Saya heran dan .........................ada anak berani kepada orang tua

Apa tidak tahu payahnya ibu, mulai hamil sudah mencegah cabe

Menjauhi makanan yang pedas, takut anaknya tidak pantes.....

....................besar anaknya malas, ikut orang tua merasa apes

Tidak makan minum yang panas, dan mencegah makanan nanas

Maka dari itu saya berpesan, kepada orang tua harus penuh kasih.

Alunan syair yang keluar dari bibir mungil beberapa siswi yang akan mengalunkan syair ini dengan penuh penghayatan, tak terasa air mata menetes ketika mendengar rangkaian lirik yang sangat menyentuh hati, seketika itu pula aku teringat dengan seseorang wanita mulia yang telah melahirkan aku ke dunia ini, entah apa yang harus aku lakukan...

Aku Sarah Amelia, seorang wanita yang sejak kecil ditinggal oleh ibunya, pada awalnya aku tidak tahu, apa aku harus marah dengan keadaan ini, marah kepada Tuhan yang telah memberikan aku takdir yang seperti ini, apakah Aku harus marah dengan ketidak adilan ini, memang pada awalnya aku berprasangka buruk kepada-Nya, bagaimana tidak, aku ditinggalkan oleh ibu, ketika aku sedang sangat membutuhkannya, aku belum mampu berjalan sendiri, aku belum bisa berdiri sendiri, aku belum mampu semuanya.

Hari ibu tinggal menghitung hari saja, seperti biasanya aku hanya bisa melewatinya dengan perasan yang biasa saja, sangat menyakitkan memang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun