Beberapa hari kemudian, tiba-tiba Marcel menemuiku di rumah sakit. Aku kaget. Dia datang dengan penampilan yang berbeda. Dia menggunakan kemeja cokelat yang dipadukan dengan warna putih. Dokter Greenchart yang kebetulan lewat tersenyum melihat kami. Aku mengajaknya ke kafe di dekat rumah sakit.
"Aku minta maaf atas segala kelancanganku," kataku.
"Tidak apa-apa. Justru aku berterima kasih telah menyentil hatiku." Aku hanya terdiam mendengar ucapannya. Tiba-tiba dia memegang kedua tanganku. Jantungku berdegup.
"Maukah engkau mengajariku menjadi lelaki yang sejati?" pertanyaan itu membuatku terharu. Itulah pertanyaan yang kutunggu selama ini. Aku menjawabnya dengan senyuman.
Pada akhirnya, aku menyematkan cinta pada lelaki yang mengajakku menemukan jati dirinya. Sebenarnya, aku juga berterima kasih pada Marcel yang mampu menutup luka masa laluku bersama Mas Yanto. []
*Ide cerita hanya fiktif belaka sesuai dengan deskripsi yang diberikan Kurnia Efendi ketika mengikuti kelas menulis cerpen pada ruang belajar cerpen di NAD.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H