Apa yang ditulis dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru hanyalah sebuah kiasan atau metafora saja, tetapi bukan berarti, surga itu tidak ada. Penggambaran itu hanya mau ditulis oleh penulis Kitab Suci untuk menggambarkan suatu keadaan yang ada itu dalam bahasa manusia.Â
Mengapa demikian? Surga adalah suatu realitas Ilahi yang penuh misteri sehingga melampaui akal budi manusia. Oleh karena itu, surga tidak mungkin digambarkan dalam gambaran yang sesungguhnya.Â
Misalnya gambaran suasana surga yang penuh "damai tiada taranya, abadi, sukacita abadi, dan sempurna". Adakah manusia yang pernah merasakan hal itu? Damai yang abadi itu bagaimana rasanya? Pastilah tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang pernah merasakannya. Sebab abadi sangat abstrak dan sangat sulit untuk dimngerti.Â
Makanya diberi gambaran yang dapat dimengerti, seperti tidak ada lagi penderitaan, penindasan, taman yang indah, dll. Penekanannya pertama-tama bukan soal keadaan fisik tamannya, tetapi soal "suasana kedekatan manusia suci" dengan Allah. Inilah sebenarnya inti yang dimaksud para penulis kitab. Bahwa di surga kelak, tidak akan ada lagi penghalang antara Allah dengan manusia. Â
Tetapi tidak semua manusia, melainkan hanya manusia yang suci saja. Manusia yang suci tidak lain adalah mereka yang hidupnya selama di dunia melaksanakan perintah Allah dengan melakukan segala yang baik dan benar. Maka sangat masuk akal bahwa manusia selalu mengejar kebaikan yang diajarkan  dalam Kitab Suci setiap agamanya supaya dapat masuk surga.
Lalu dari antara gambaran tentang surga itu, adakah satu gambaran yang menduduki tempat pertama dalam dalam teologi Kristen? Matius 5:8 menyatakan bahwa orang yang suci hatinya berbahagia karena mereka akan melihat Allah.Â
Dalam 1 Yohanes 3:2 "kepada kita dijanjikan bahwa pada waktu dinyatakan apa keadaan kita kelak, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya".Â
Akan tetapi, peryataan Pauluslah yang menjadi dasar pandangan ini bahwa kebahagiaan kekal adalah melihat Allah (lih. Kor 13:12). Magisterium dan teologi Kristen telah mengembangkan pengertian Paulus ini untuk melukiskan pengetahuan atau pengenalan kita akan Allah dan menyebutnya sebagai "penglihatan yang membahagiakan" (visio beatifica). Itulah kebahagiaan tertinggi dan gambaran surga yang kira-kira lebih tepat dalam teologi Kristen[12].
Daftar Pustaka
Pham, Peter C., 101 Tanya-Jawab tentang Kematian dan Kehidupan Kekal. Cet. kelima. Yogyakarta: Kanisius, 2005.
Purnomo, Albertus OFM., Melacak Jejak Surga. Cet. keempat. Yogyakarta: Kanisius 2013.