Namun konsep tentang surga yang berada di atas langit tetap dipegang oleh bangsa Israel. Bangsa Israel mempercayai bahwa surga di atas langit adalah kepunyaan Allah. Di sanalah Allah diam sebagai sebagai raja yang mengusai bumi dan segala isinya.Â
Sejumlah nabi memiliki gambaran tentang hal itu: "Langit adalah takhta-Ku dan tumpuan kaki-Ku" (Yes. 66:1); "Tuhan ada di dalam Bait-Nya yang kudus; Tuhan, Takhta-Nya di surga...." (Mzm. 11:14). Â
1.3. Kosmologi Israel Kuno
Orang Israel kuno melihat alam semesta ini terdiri dari tiga tingkatan, yaitu langit (samayim, sering disamakan dengan surga), bumi (erets), dan dunia bawah (sheol)). Lagit adalah tempat kediaman Tuhan dan para malaikat bersemayam. Bumi adalah temat tinggal manusia dan ciptaan yang lain. Sementara dunia bawah adalah tempat kediaman jiwa-jiwa orang yang sudah mati[3].
Yang menarik di sini adalah surga bukan hanya tempat kediaman Tuhan saja, tetapi juga digambarkan penuh dengan makhluk surgawi (lih. 2Raj: 22:19). Digambarkan di atas takhta Allah dikelilingi oleh segenap tentara surgawi dan Allah merajai mereka semua.Â
Namun begitu, Allah juga diyakini sebagai Raja Semesta Alam yang memerintah dari atas langit. Namun pertanyaanya, mengapa langit masih tetap menjadi tempat kediaman Allah yang utama? Bangsa Israel meyakini bahwa Allah adalah yang Transenden, yang tidak bisa dijangkau oleh akal budi.Â
Dia begitu tinggi, agung, dan luhur. Tuhan harus melebihi segala sesuatu dan Dia harus selalu yang tertinggi. Maka tempat-Nya harus yang paling tinggi, yang melambangkan kemulian dan kehormatan; tempat itu adalah langit.
1.4. Firdaus dan Taman Eden
Firdaus selalu digambarkan sebagai sebuah taman yang indah dengan kehidupan yang penuh kedamaian dan kebahagiaan yang tiada tara. Jika ditelusuri asal katanya, istilah Firdaus (Inggris, paradise) berasal dari bahasa Persia kuno yaitu paridaida, pardez, pairidaeza, yang berarti taman yang hijau dan segar atau taman yang dibentengi.Â
Sedangkan dalam bahasa Yunani disebut paradeisos yang adalah terjemahan dari Taman Eden[4]. Dalam kitab-kitab Yahudi, Firdaus di gambarkan sebagai tempat kediaman orang-orang baik dan benar ketika mereka mati kelak. Dalam kitab 1 Henok 37-70, digambarkan bahwa Firdaus adalah tempat persingahan orang benar ketika mereka mati kelak. Kitab Henok juga memberikan gambaran bahwa Firdaus ini merupakan tempat Allah tinggal dan beristirahat.
Dalam Alkitab, Taman Eden sering disebut Taman Allah (gan-elohim). Kalau ditelusuri asal katanya, terdapat dua sumber. Pertama, kata "Eden" berasal dari kata Akadian yaitu "edinu", yang berarti padang atau stepa. Kedua, berasal dari bahasa Semit kuno "dn", yang menunjuk pada situasi yang penuh kedamaian, kemewahan, dan kesusburan[5].