2. Surga dalam Perjanjian Baru
Para penulis Perjanjian Baru sebenarnya masih mewarisi pandangan tentang surga dalam Perjanjian Lama. Misalnya surga masih dipandang sebagai tempat Allah dan para malaikat-Nya bersemayam. Meskipun demikian, pandangan baru tentang surga juga dijumpai dalam tulisan Perjanjian Baru.Â
Salah satunya, surga dipahami sebagai tempat yang dijanjikan bagi mereka yang hidup baik dan benar selaras dengan ajaran Kristus. Dan tentu saja masih banyak gambaran atau konsep baru tentang surga yang bisa ditelusuri dari tulisan-tulisan Perjanjian Baru.
2.1. Bapa di Surga, Kerajaan Surga, Rumah Bapa
Ketiga istilah ini sebenarnya memiliki makna yang hampir sama, namun ada penekanan yang berbeda dan khas. Istilah "yang ada di surga" selalu melekat dengan sapaan "Bapa". Sapaan Bapa ini adalah gaya khas Yesus dalam menyapa Allah dalam doa-Nya. Sapaan ini menggambarkan ada kedekatan yang begitu erat dan mendalam antara Yesus dengan Allah.Â
Allah tidak dimengerti sangat jauh dengan manusia, tetapi justeru begitu dekat dengan manusia. Kedekatan itu digambarkan seperti kedekatan seorang anak dan ayahnya. Hal itu kini telah terwujud nyata lewat kehadiran Kristus di dunia. Istilah "yang ada di surga" ini mencerminkan bahwa surga merupakan tempat bersemayam Allah yang disapa Bapa (bdk. Mat. 5:48, 6:14, dan Mat. 6:19).
Kerajaan Allah sebenarnya nama lain dari Kerajaan Surga. Keduanya memiliki makna yang sama, yaitu tempat Allah bersemayam. Untuk Kerajaan Surga sendiri, sebenarnya hanya sebuah istilah yang mau menunjukan Allah itu sendiri. Hal ini dikarenakan dalam agama Yahudi, menyebut nama Allah secara tidak langsung adalah hal yang sangat tidak pantas.Â
Maka dari itu, mereka memakai istilah surga, yang sebenarnya menunjukan Allah itu sendiri. Kerajaan Allah sendiri menggambarkan Allah yang berkuasa selama-lamanya di surga yang abadi.
Rumah Bapa yang dilukiskan Yesus menggambarkan bahwa kelak ada kesatuan yang intim antara Bapa, Yesus, dan para pengikut-Nya yang setia. Rumah Bapa menggambarkan pula suatu keaadaan di mana Allah tinggal dan bertindak sebagai kepala atas persekutuan abadi ini. Sama seperti seorang ayah yang mengepalai sebuah rumah tangga.Â
Sapaan "Bapa" untuk Allah seperti yang sudah di jelaskan di atas, menggambarkan suatu kedekatan. Kita juga bisa membandingkan istilah ini dengan kedekatan antara manusia pertama dan Allah di Taman Eden atau Firdaus dalam Kitab Kejadian. Yang mana Allah dan manusia dapat bertemu secara langsung dan bercakap-cakap dengan Allah seperti seorang sahabat.Â
Keadaan di taman itu menggambarkan bahwa Allah dan manusia benar-benar sangat dekat, sebelum manusia jatuh dalam dosa. Maka demikianlah keadaan manusia baik kelak ketika masuk ke dalam surga. Â