2.2. Sukacita Kekal dan Kelimpahan Hidup
Banyak orang pasti penasaran dengan bagaimana kehidupan atau suasana surga itu. Dalam Perajanjian Baru, Yesus banyak menggambarkan bagaimana sukacita surgawi itu dalam banyak perumpamaan. Misalnya, orang yang bergembira ketika menghadiri perjamuan (Luk. 14:15-24), orang yang masuk dalam kegembiraan tuannya (Mat. 25:21,23), dll.Â
Dalam Kitab Wahyu juga banyak dilukiskan tentang kehidupan penuh sukacita kekal di surga. Misalnya, tamu undangan dalam perjamuan kawin (Why. 19:1-9), dituntun ke air kehidupan (Why. 7:17), menikmati buah pohon kehidupan (Why. 22:2). Namun semua teks di atas tidak harus dipahami secara harafiah saja.Â
Teks-teks di atas menggambarkan bagaimana sukacita besar nanti di surga. Suasana merasa dicukupi, penuh, damai, yang tidak pernah dijumpai sebelumnya di dunia ini[7].
Inilah yang dimaksud saya dalam penjelasan sebelumnya. Bahwa surga itu tidak dapat dimengerti dengan pikiran yang telanjang. Surga dalam pandangan teologis setiap agama menggambarkan suatu keabadian. Maka ketika Yesus berbicara tentang "sukacita surgawi" misalnya, berarti Yesus sedang berbicara mengenai "sukacita yang abadi" kelak.Â
Nah, kalau kita bertanya bagaimana sukacita yang abadi itu? Jawaban yang jujur dari setap orang pasti tdak tahu. Megapa? Sebab adalah manusia yang sedang berjuang hidup di dunia yang fana dan sementara ini. Kita belum pernah ke sana, lalu datang memberitahunkan rasanya bagaimana. Lalu bagaimana kita harus percaya tentang keabadian itu?Â
Ada seorang manusia yang berasal dari keabadian itu dan memberitahukan rahasia besar keabadian itu. Dialah Yesus Kristus, Allah yang menjadi manusia, perantara satu-satunya dan jalan kebenaran menuju pada keabadian itu. Sebagai seorang Kristiani, untuk dapat menikmati hidup kekal kita dituntut untuk percaya pada ajaran-Nya.
2.3. Langit dan Bumi yang Baru
Dalam tradisi alkitabiah, salah satu ciri khas yang menandai hadirnya surga adalah transformasi atau perubahan total dalam kehidupan di dunia. Dunia yang telah rusak karena penderitaan akibat dosa, diubah menjadi dunia yang penuh kemuliaan dan kebahagiaan. Di surga akan lahir ciptaan yang baru sama sekali, yang lama telah ditinggalkan dan yang baru dimulai[8].Â
Kitab Wahyu banyak menggambarkan istilah ini, misalnya tanda-tanda penciptaan baru (Why. 20:7-15), langit dan bumi yang baru ( Why. 20:1), Yerusalem baru turun dari surga (Why. 21:22), segala air mata akan dihapuskan (Why. 21:4), dll. Namun hal penting yang mau disampaikan adalah mengalami surga berarti mengalami sesuatu yang "baru".Â
Kehidupan di dunia telah berakhir, dan kini masuk dalam kemuliaan dan kebahagiaan yang tiada tara dan abadi. Tidak ada kemiskinan, kelaparan, kematian, penderitaan, dan penganiayaan di sana.