Ternyata setelah dewasa saya baru menyadarinya bahwa nasi bungkus yang dibawa ayah pulang tersebut adalah jatah nasi lembur ayah yag dibagikan oleh perusahaan tempat dia bekerja untuk jatah makan malam mereka. Dan nasi bungkus tersebut adalah masakan Nasi Padang.
Beliau rela tidak memakannya walaupun mungkin dia pasti merasa sangat lapar karena dari pagi hanya berbekal 1 nasi rantang yang disiapkan oleh ibu.
Nasi bungkus untuk jatah makan malamnya tidak dimakan tetapi dibawa pulang untuk anak-anaknya.
Setelah menyantap nasi bungkus yang dibawa ayah tersebut selanjutnya setiap kali ayah pulang malam kami berdua selalu berharap bisa mendapatkan nasi bungkus lagi dari ayah.
"Bu jam berapa papa pulang?", tanya adikku sambil tiduran.
"Kalian tidur saja...nanti mama bisa membangunkan kalian kalau papamu sudah pulang."
Memang benar, setelah papa sampai di rumah, mamapun membangunkan kami berdua untuk menyantap nasi bungkus yang dibawa ayah.
Demikianlah seterusnya kamipun sangat berharap ayah bisa pulang malam dan membawakan nasi bungkus untuk kami lagi.
Pernah suatu ketika, kami tidak dibangunkan oleh ibu pada hal dari sejak sore sebelum kami tertidur kami sudah berpesan kepada ibu untuk membangunkan kami jika ayah pulang nanti.
Keesokan harinya setelah bangun pagi, adik saya menangis menanyakan kepada ibu kenapa tidak dibangunkan tadi malam.
Ibu pun kelihatan sangat sedih sekali menatap kami berdua. Kami belum memahami apa maksud ibu tidak membangunkan kami.