Mohon tunggu...
I. F. Donne
I. F. Donne Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Penulis adalah seorang Magister Pendidikan lulusan Universitas Negeri Jakarta, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penulis pernah aktif di berbagai komunitas sastra di Jakarta. Beberapa diantaranya; Sastra Reboan, Kedailalang, dan KPSI (Komunitas Pecinta Seni dan Sastra Indonesia). Karya-karyanya diantaranya; Novel ‘Danau Bulan’, Serampai Cerpen Vol. I ‘Soejinah’ dan ‘Dunia Luka’ Vol. II. Antologi puisi bersama sastrawan-sastrawati. Diantaranya; antologi puisi Empat Amanat Hujan (Bunga Rampai Puisi Komunitas Sastra DKJ), Kerlip Puisi Gebyar Cerpen Detak Nadi Sastra Reboan, Kitab Radja dan Ratoe Alit, Antologi Fiksi Mini, dan beberapa puisinya juga dimuat di majalah Story. Penulis juga sudah memiliki dua buku antologi cerpen bersama beberapa penulis, yaitu Si Murai dan Orang Gila (Bunga Rampai Cerpen Komunitas Sastra DKJ) dan Kerlip Puisi Gebyar Cerpen Detak Nadi Sastra Reboan. Beberapa cerpennya pernah memenangkan lomba tingkat nasional, diantaranya berjudul, Sepuluh Jam mendapatkan juara 2 di LMCPN (Lomba Menulis Cerpen Pencinta Novel), Randu & Kematian pada tahun 2011 dan Selongsong Waktu pada tahun 2013 mendapatkan juara harapan kategori C di Lomba Menulis Cerpen Rotho - Mentholatum Golden Award. Penulis juga aktif di berberapa organisasi kemasyarakatan, seni dan budaya. Aktifitas yang dijalani penulis saat ini adalah seorang jurnalis di salah satu surat kabar online nasional di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kepergian Sahabat

16 Maret 2020   14:00 Diperbarui: 16 Maret 2020   16:34 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

                                             ***

Pada terik sore itu, tiba-tiba sapaan hangat menyeru dari belakangku, "Arya, sudahlah! Kasihan sahabatmu itu. Jangan kau sesali kematiannya." suara lelaki, mirip suara sahabatku. Namun aku tidak menoleh sedikitpun. Aku tetap terpaku pada kenang - kenang dahulu. Jenuh sapa lelaki itu pun membuat lengannya merangkul pundakku.

"Apa yang kau sesali dari kematian sahabatmu ini, Arya?"

"Oh, bang Dito." lirikku dengan muka sendu penuh peluh.

"Seandainya Abang tahu, Bagaimana kecerian hari kami saat mengejar mimpi. Sebuah grup band yang pernah kami bentuk berdua adalah semangat yang Dimas berikan untukku, agar aku terus mengejar cita - citaku sebagai seorang penulis. Di dalam band itu, ia selalu memberikan peluang padaku untuk menulis syair lagu."

"Seandainya Abang tahu, hari - hari kami di kampus selalu dieluhkan oleh mata gadis-gadis cantik, yang melirik ketampanan kami. Namun sesungguhnya mereka tak pernah merasakan luka kami. Sebab kala itu, kami selalu menampakan wajah bahagia, saling menyembunyikan wajah luka kami karena cinta."

"Seandainya Abang tahu! Aku selalu menangis dihadapan Dimas. Seandainya Abang tahu itu semua. Tapi sudahlah, tak ada gunanya kuceritakan semua hal tentang kami, hanya Dimas yang mengerti itu semua."

"Sudahlah, Arya! Semua itu adalah cerita lampau. Kenyataan yang sekarang kau hadapi adalah sebuah kematian. Kematian dari sahabat karibmu, Dimas, yang juga adik kandungku, Abang yang sering memakinya." tegas Bang Dito.

Usai menenangkanku, Bang Dito mengangkat tubuh lunglaiku, ia berusaha membangunkanku, lalu mengajak ke rumahnya untuk menyinggahi kamar Dimas.

"Ada yang Dimas titipkan padaku untukmu, Arya! Mari kita segera ke rumah, sebelum kau menjadi patung di samping makam, yang melelapkan tidur panjang sahabatmu ini."

                                         ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun