Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Perjalanan Kemanusiaan Part 20: Bu, Hujan itu Berkah? atau Musibah?

10 November 2024   22:30 Diperbarui: 10 November 2024   22:46 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi hujan. Foto: kulkann via kompas.com. 

"Wah bude kaget ada longsor Gun. Ngeri ya, kayaknya akibat hujan semalam si menurut bude." Ucap bude menggerutu.

"Iya bude. Anggun pun kaget tadi. Ya namanya juga bencana alam bude. Apalagi tempat kita kan termasuk zona rawan bencana apalagi seperti longsor. kita harus nerima dengan lapang dada saja bude, syukur ngga ada korban jiwa" Ucapku.

"Iya Gun, Alhamdulillah menurut bude"

"Iya bude. Alhamdulillah"

Setelah berjalan memutar sekitar 1 jam bersama bude Ratna dan beberapa warga kampung. Akhirnya sampailah kami ke jalan utama yang sudah tidak jau lagi dari sekolah. Bude dan beberapa warga duduk di pos kamling menunggu angkutan kota lewat sedangkan aku dan beberapa warga yang berniat mengantar anak mereka sekolah tetap meneruskan jalan menuju ke sekolah.

Sesampainya di sekolah. Aku dan beberapa orangtua wali murid seakan tidak percaya dengan pemandangan yang kami lihat saat ini. Sebuah pohon besar yang biasanya menjadi tempat berteduh bagi para siswa, wali murid maupun guru, kini ambruk dan menimpa bangunan sekolah yang merupakan bangunan 2 lokal kelas 1.

"Subhanallah, subhanallah, subhanallah. Astagfirrullah, astagfirrullah, astagfirrullah" ucap ku dalam hati melihat tragedi hari ini.

Anak - anak kelas 1 menangis melihat kelasnya yang tertimpah batang pohon dan mendekat orang tua mereka masing-masing. aku yang masih berdiri di bagian pagar sekolah tiba-tiba tersentak oleh sebuah pertanyaan,

"Bu Anggun? Katanya hujan itu membawa berkah. Ini kenapa dia membawa musibah bagi kita bu?" Tanya Doni sambil menangis di depanku. Aku pun terdiam dan seketika hening tidak bisa berkata apapun. Dalam pikiranku hanya mencoba beristigfar dan kadang menyalahkan ucapanku sendiri. Akan tetapi, aku teringat oleh pesan bapak dulu sewaktu pertama kali diriku memutuskan kuliah dan mengambil jurusan guru.

Bapak bilang, "Gun. Seorang guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Ia mendidik dan menjadi panutan bagi murid-murid yang ia didik. Mungkin semua orang bisa berprofesi seorang guru. Tetapi, tidak semua orang bisa mencerminkan guru. Maka dari itu, jadilah seorang guru yang memang guru yang menjadi panutan dan contoh untuk murid - muridmu. Dan mengajarkan dengan sifat welas asih serta menjunjung tinggi nilai - nilai kebaikan dan kemanusiaan. karena pencapaian terbaik seorang guru adalah dapat mencetak murid yang bisa melebihi dirinya. ingat selalu itu Gun."

"Bu?! Kok diam?" Tanya Doni membuyarkan lamunanku. lekas kutoleh ke arah doni, berjongkok dan mengelus rambutnya yang basah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun