Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Perantau yang Sombong

4 Februari 2020   17:42 Diperbarui: 4 Februari 2020   17:48 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Indra hanya diam.

 "Kamu sayang mamak kan ndrak?"

 Indra hanya mengangguk.

 "Ndrak, dengerin kakak. Mamak dak minta kau nangis. Kato mamak nek teakhir. Kau harus kuat! Rutinitas yang mak ini kau geluti, harusnya pacak kau lalui dengen tabah. Itu uji mamak."

 "Iya bang."(suara kecil mulai keluar dari mulut indra)

Indra pun di tuntun. Dan teman-teman yang selalu berada di sebelah indra pun turut menangis. Tubuh indra tiba-tiba ambruk tapi di pegangi oleh teman-temannya. Di saat memasuki ruang tamu, dan melihat sosok wanita yang tiap malam selalu dia rindukan. Terbaring lemas dengan balutan kain kafan putih membalut tubuhnya. Kembali berlinang air matanya. Namun ia tetap mencoba tegar. Dan dijatuhkannya, tubuhnya di sebelah jasad ibunya.

Warga dan teman-teman indra menyemangati (sabar ndrak! Sabar...). Ia hanya bisa diam dan menyaksikan. Di ciumnya pipih ibunya. Di peluk. Sembari menahan air matanya. Tapi tetap saja tak tertahan.  Begitu cintanya dia kepada sosok wanita ini.

 "Mak! Indra balek mak?"

 "Mak kok dak jawab? Mak ini indra lah punyo gawean tetap. Indra jadi manager di kedai kopi kawan indra. Kedainyo lah punyo cabang. Indra pulo lah punyo keluargo baru. Mak! Indra sayang nian samo mamak.(memeluk lagi tubuh ibunya) mak. Indra minta maaf! Minta maaf, selamo ini indra lah jadi wong paling sombong.  Di saat indra kesusahan nyari gawean, indra galak ngeluh ke tuhab mak. Tapi di saat tuhan tolong indra. Tapi indra lupo diri! Indra lupo mak, Indra lupo sholat. Indra lalay mak. Padahal tuhan lah ngenjok segalonyo ngai indra. Mak! ... indra minta maaf. Indra janji dakke lalay lagi mak. Sesuai permintaan mamak setiap nelepon indra. Uji mamak, jangan lupoke sholat. Tapi apo!? Indra idak nurut samo mamak. Mak! Maafke indra mak."

"Sabar drak, mamak kamu pasti pengen yang terbaik kandek kamu. Dan pasti mamak kamu, maafke kamu ndrak." (Pungkas sarif menambahkan).

.... sekitar jam 8 jenaza ibu indra di sholatkan dan Setelahnya langsung di bawak ke pemakaman kampung, untuk di makamkan. Di sebelah makam suaminya. Indra masih seakan tak percaya. Begitu cepatnya tuhan ambil wanita yang paling ia cintai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun