Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Perantau yang Sombong

4 Februari 2020   17:42 Diperbarui: 4 Februari 2020   17:48 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 "Apo mang?!"(memekik, dan menangis sejadi-jadinya. Membuat rekan dan karyawan kedai dan pengunjung jadi bertanya-tanya). 

 "Ada apa bang?"(tanya cindy)

 "....!" (Indra diam)

 "Ndrak, ndrak!. .... hallo hallo."(tak di gubris oleh indra)

 "Ndrak....!"(khawatir)

 "Bang ada apa?"(tania menghampir, pengunjung pun ramai menyaksikan. Dan datang lah sarif.)"

 "Ada apa bro? Coba cerita?!"

 "Mak saya rif. Mak saya,Mak saya meninggal!"(tertunduk dan meneteskan air mata)

Seisi kedai tiba-tiba menjadi sedih, dan musik yang semula masih menggibur sisi kedai pun langsung di hentikan. Semua pengunjung di minta tolong pulang. Untuk menghormati indra. Dan kedai langsung di tutup. Sarif, cindy, tania dan indra langsung bergegas untuk berangkat ke palembang. Menggunakan mobil sarif.  

 Ternyata panggilan di handphone masih aktif. Dan di angkat oleh tania yang dari kedai tadi telah memegang handphone indra. 

 "Assalammuallahikum?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun