Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen : Pelacur Tak bersalah

3 Februari 2020   10:27 Diperbarui: 30 Oktober 2021   18:57 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Lia"

 "Wah. ternyata ada anak-anak berpendidikan ni maen. Hmm... apa gak malu kalo entar dilihat sama teman satu kampus mampir kesini.?" Ucap Lia kepada Dani dan Saipul. 

 "Gak mbak. Buat apa juga malu. Selow aja." Jawab Dani sambil tersenyum.

 "Kalo ketemu dosennya, Gimana ? nanti berpengaruh sama nilai - nilai kalianya?" Ucap Lia lagi.

 "Tenang mbak. Kan kita gak lagi kuliah. Kita mahasiswa pagi, pulang ya ... sore. Hm, kalo jam segini mah sudah bebas mbak. Gak lagi terikat oleh peraturan - peraturan kampus. Hahha" ucap Dani lagi.

 "Ahh masak!? Nanti kalo nilainya E baru tau rasa loh." Jawab Lia sembari menghidupkan rokok yang baru saja diambilnya dari kotak rokok milik Dani. 

 "Tenang aja mbak. Jangan kuatir, inshaallah aman kok."ucap Saipul menambahkan.

 "Oh ya udah. Hmmm, dani? Kamu udah lama kenal sama Cindy? Apa gak malu pacaran? Kan kamu tau sendiri, pekerjaan dia bagaimana? Terus, bila kamu beneran serius, apa orang tua kamu bakal ngerestuin kamu sama Cindy?" Tanya Lia yang sedikit tegas, dan mulai duduk di sebelah Cindy.

 "Yaa... kalo saya sih jujur mbak. Ada sedikit naluri kesal atay apa yaa mbak. Tapi kan, Cindy juga perlu uang Dan Mbak tau sendiri, saya pribadi belum mampu memberikan yang layak buat Cindy. Apalagi kuliah aja belum selesai. Jadi, kayak masih bebanin orang tua ceritanya mbak." Ucap Dani sambil memperhatikan Cindy.

 "Memang kamu pacaran udah berapa lama, dek?"tanya Lia ke Cindy.

 "Baru 1 bulan mbak. Hm, sebenernya Cindy juga malu ngakuin profesi Cindy sama Dani sebelumnya mbak. Tapi disaat kata Dani jujur lebih baik. Ya akhirnya Cindy terus terang. Suka ayo! Gak suka, boleh pergi." Sambil menghidupkan rokok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun