Oleh karena itu, di sekolah dibentuk Komite Sekolah sebagai wadah partisipasi bagi orang tua siswa untuk menjadi mitra dalam meningkatkan mutu sekolah.
Selain itu, sekolah pun bisa menjalin kemitraan dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) seperti dunia usaha, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), komunitas, dan berbagai organisasi lainnya untuk membantu dan mendukung berbagai program peningkatan mutu yang dilaksanakan oleh sekolah.
Tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan pendidikan di sebuah negara yang sangat luas seperti Indonesia sangat kompleks. Tercatat lebih dari 17.000 pulau terbentang dari Sabang sampai Merauke.
Bukan hanya tantangan wilayah saja, Indonesia pun dihadapkan pada tantangan beragamnya suku bangsa, bahasa, dan agama. Walau demikian, semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" menjadi pemersatu negara Indonesia yang majemuk tersebut dalam bingkai NKRI.
Pemerataan mutu dan akses pendidikan menjadi program yang harus terus ditangani secara serius oleh pemerintah. Kondisi sarana dan prasarana dan mutu guru menjadi hal penting yang perlu menjadi prioritas.
Masih banyak terjadi kesenjangan mutu pendidikan di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar) dan di daerah ibu kota provinsi, kabupaten, atau kota atau daerah sekitarnya. Begitu pun mutu pendidikan di daerah perkotaan dan pedesaan, masih banyak ditemui kesenjangan.
Berkiatan dengan kurikulum, Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara serta pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara harus menjadi ruh dalam pengembangan kurikulum pendidikan di Indonesia. Kurikulum adalah sebuah hal yang dinamis.
Kurikulum sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan pembelajaran harus terus dikembangkan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Apalagi saat ini Indonesia masuk era globalisasi, pasar bebas, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), dan revolusi industri 4.0, bahkan di belahan dunia yang lain seperti di Jepang, saat ini sedang membangun society 5.0. Oleh karena itu, generasi bangsa harus benar-benar disiapkan untuk menghadapi hal tersebut.
Revolusi industri 4.0 memberikan konsekuensi ketidakpastian dalam berbagai sendi kehidupan, khususnya dalam hal pekerjaan. Sekian banyak pekerjaan lama hilang, dan sekian banyak pekerjaan baru muncul. Produk-produk baru muncul menjadi ancaman terhadap eksistensi produk lama. Jika tidak ada inovasi, maka siap-siap saja produk lama tersebut tergilas oleh produk baru.
Untuk bisa tetap bertahan, maka perusahaan terus melakukan riset dan pengembangan untuk menghasilkan produk-produk yang lebih atau makin inovatif.
Tenaga manusia sudah banyak digantikan oleh mesin, robot, dan teknologi digital. Hal ini perlu diantisipasi dengan membekali generasi muda dengan kecakapan hidup (life skill) dan jiwa wirausaha (entrepreneurship) agar mereka bisa beradaptasi di masa penuh penuh tantangan dan ketidakpastian tersebut. Hal ini berdampak terhadap pentingnya penguasaan teknologi dan informasi. Berbagai aktivitas manusia saat ini sudah serba digital.