Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Integrasi K-13, PPK, dan GLS pada SPMI di Satuan Pendidikan

29 Mei 2019   10:05 Diperbarui: 29 Mei 2019   10:53 20395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

Gerakan literasi saat ini adalah sebuah kebutuhan yang mendesak, karena hasil dari berbagai kajian menunjukkan bahwa minat baca masyarakat masih rendah. Berdasarkan studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Indonesia persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). (Kompas, 29/08/2016). Lima indikator kesehatan literasi negara, yakni perpustakaan, surat kabar, pendidikan, dan ketersediaan komputer.

Berdasarkan hasil penelitian perpustakaan nasional tahun 2017, tata-rata orang Indonesia hanya membaca buku 3-4 kali per minggu, dengan durasi waktu membaca per hari rata-rata 30-59 menit. Sedangkan, jumlah buku yang ditamatkan per tahun rata-rata hanya 5-9 buku. (Kompas, 26/03/2018).

Berdasarkan kepada hal tersebut, Kemdikbud melaksanakan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Tujuannya adalah untuk menumbuhkan dan membumikan budaya literasi di sekolah. Minat baca harus di tanamkan sejak dini. Gerakan literasi di sekolah bukan hanya difokuskan kepada siswa, tetapi semua warga sekolah. Kepala Sekolah, guru, dan staf harus mendukung dan memberikan contoh rajin membaca.

Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara. GLS merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajar yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik.

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan bagian Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan literasi merupakan salah satu bentuk penumbuhan budi pekerti. Hal ini didasarkan kepada Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan Budi Pekerti. GLS adalah upaya menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah (guru, peserta didik, orang tua/wali murid) dan masyarakat, sebagai bagian dari ekosistem pendidikan.

Tujuan Umum dari GLS adalah menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. Sedangkan tujuan khususnya sebagai berikut: (1) Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah, (2) Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat, (3) Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan, (4) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.

Adapun tahapan dari GLS adalah; (1) pembiasaan berupa penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca, (2) pengembangan berupa meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan, dan (3) pembelajaran dalam bentuk meningkatkan kemampuan literasi di semua mata pelajaran, menggunakan buku pengayaan, dan strategi membaca di semua mata pelajaran. (Kemdikbud, 2016).

Ada enam jenis literasi dasar yang saat ini dijadikan sebagai pilar dari gerakan literasi, yaitu; (1) literasi baca-tulis, (2) literasi numerasi, (3) literasi finansial, (4) literasi sains, (5) literasi budaya dan kewarganegaraan, dan (6) literasi teknologi, informasi, dan komunikasi.

Keenam literasi dasar tersebut dapat dikembangkan ke dalam berbagai jenis literasi, karena pada berbagai kehidupan manusia tidak akan lepas dari dunia literasi. Mengapa demikian? Karena hakikat dari literasi adalah kemelekkan terhadap berbagai informasi. Orang yang melek terhadap informasi akan memiliki wawasan yang luas dan bersikap kritis dalam menyikapi sebuah informasi. Apalagi saat ini di media sosial banyak sekali hoaks yang beredar. Orang yang literat tentunya tidak dengan mudah menerima sebuah informasi, tetapi disaring, cek dan ricek, diverifikasi, atau diklarifikasi kebenarannya. Dan kalaupun benar, dia tidak mudah menyebarkannya jika tidak bermanfaat bagi masyarakat.

Dalam konteks penjaminan mutu pendidikan di satuan pendidikan, gerakan literasi merupakan bagian dari SPMI. Proses pendidikan tidak lepas dari aktivitas membaca dan menulis. Pengetahuan baru didapatkan melalui membaca berbagai referensi. Kegiatan menulis pun membutuhkan aktivitas membaca, karena bahan yang ditulis tentunya adalah hasil yang dibaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun