Mohon tunggu...
Ida S
Ida S Mohon Tunggu... Freelancer - https://www.facebook.com/share/15caRE7VfE/

Soshite Ikiru

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Exit" Pernyataan Maaf dan Cinta Seorang Ayah yang Mampu Membawa Anaknya Keluar dari Kebahagiaan Palsu

24 Mei 2021   18:09 Diperbarui: 24 Mei 2021   19:31 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:hancinema.net 

Ada sebuah drama bagus berjudul Exit yang lewat dari pemantauan saya,  sehingga saya belum menonton drama ini padahal drama Exit ditayangkan di SBS mulai 30 April hingga 1 Mei 2018 pukul 22:00 ( KST ) dan bisa disaksikan di Viu.

Saya tahu drama Exit, baru-baru ini ketika membuka profil Choi Tae-joon pemeran Hoo Joon dalam drama So I Married an Anti-fan.

Pada filmograpi Choi Tae-joon saya baru tahu ada drama Exit produksi SBS, dan saya pikir drama ini ceritanya sama dengan film Exit yang diperankan Jon Jung-suk dan Yoona tapi ternyata ceritanya berbeda dan tidak ada hubungan sama sekali dengan film Exit.

Drama Exit sendiri merupakan mini drama yang bergenre Science fiction dan terdiri dari empat episode dan setiap episode berdurasi 35 menit.

Drama ini kisahnya mungkin terkesan klise kisah tentang seorang pemuda yang tumbuh dari keluarga miskin dan menyedihkan dimana ibunya meninggalkan ayahnya dan dirinya, ketika masih bayi.

Ayahnya juga sering memukulinya ketika mabuk dan karena miskin ayahnya terlibat banyak hutang.

Cerita seperti ini sering diangkat dalam drama ataupun film, tapi drama Exit mengemas cerita yang umum tadi dengan cara berbeda dan menyentuh hati.

Gambaran pembukaan Episode Awal

Tampak sebuah ruangan bernuansa putih mirip dengan bangsal rumah sakit dan terlihat seorang pria sepertinya dalam keadaan koma atau tidak sadarkan diri dengan benda-benda yang menempel di kepalanya.

Pria tersebut bernama Do Kang-soo ( Choi Tae-joon), dan benda-benda yang menempel dikepalanya merupakan alat untuk memasukan obat berbentuk bola biru yang di masukkan dalam sebuah tabung.

Penampakan adegan awal ini sebenarnya menjadi kunci bagi penonton untuk dapat menebak inti cerita dan memahami maksud cerita tersebut.

Saya mengira pria tersebut sedang sakit dan terbaring koma walaupun tebakan saya benar tapi jawabannya lebih dalam dari yang saya prediksi.

Hal yang membuat saya yakin drama ini bagus adalah monolog yang dilakukan oleh Do Kang-soo pada saat adegan pembukaan tersebut.

Monolog tersebut terdengar seperti seorang pesimistis tapi ketika didengarkan lebih seksama pernyataan tersebut benar adanya dan karena disebutkan dengan intonasi yang pas maka sangat menyentuh.   Dalam monolognya Do Kang-soo  berkata:

"Jangan mempercayai Jika keberuntungan yang tidak terduga menghampirimu sekaligus. Jangan mempercayai apapun dan mengurangi lagi. Pejamkan matamu dan hitung sampai tiga. Lebih baik kamu mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sebelum terlambat. 1. 2. 3." 

Setelah hitungan ketiga Do Kang-soo terbangun dan adegan pun berpindah ke kamar Do Kang-soo dimana Do Kang-soo terbangun dari kamar tidurnya dan saya berfikir Do Kang-soo sedang bermimpi.

Potret sebuah keluarga dalam kerasnya kehidupan

Do Kang-soo adalah potret keluarga miskin yang masih banyak dialami keluarga-keluarga di Korea yaitu: sebagai seorang anak yang harus  berjuang mengatasi kerasnya kehidupan dan menanggung hutang ayahnya karena kemiskinan, sebagai seorang anak yang harus menanggung kekerasan yang dilakukan ayahnya, ketika mabuk karena stres dengan kehidupan, sebagai seorang anak yang tidak pernah merasakan kasih sayang ibunya karena sang ibu meninggalkan ayahnya dan dirinya sewaktu Do Kang-soo masih bayi karena tidak tahan dengan perilaku ayahnya.

Do Kang-soo harus bekerja sebagai penagih hutang di perusahaan rentenir di Shinseong Capital milik Hwang Tae-bok untuk mencari nafkah dan membayar hutang ayahnya.

Terbayangkan betapa menyedihkan dan kerasnya kehidupan Do Kang-soo.

Pada saat  Do Kang-soo menagih hutang, dia cenderung bertindak nekat dan terlihat tidak takut mati.

Pada saat menagih hutang kepada Han Seong-gu yang melarikan diri karena tidak sanggup membayar hutang dan Han Seong-gu justru mengeluh tentang kehidupannya, maka Do Kang-soo menyuruh Han Seong-gu untuk membunuhnya karena kesal dengan menaruh pisau ditangan Han Seong-gu dan berusaha menusukkannya keperutnya dan tentu saja Han Seong-gu tidak mau membunuh Do Kang-soo dan  tangan Do Kang-soo menjadi terluka dan berdarah.

Hidup sebagai seorang penagih hutang membuatnya juga sering terlibat perkelahian.

Walaupun drama ini menyoroti kehidupan Do Kang-soo yang keras tapi drama ini tidak mendramatisir penderitaan Do Kang-soo seperti: adegan menangis, sedih, atau marah yang berlebihan. Jadi setiap adegan dan dialog dibuat dengan porsi yang pas dan senyata mungkin.

Walaupun tidak didramatisir tapi setiap adegan dan dialog dapat menyentuh hati saya dan mengerti betapa beratnya hidup yang dijalani Do Kang-soo dan tidak terbayangkan harus menjalani kehidupan seperti itu.

Dong Kang-soo adalah anak yang berbakti

Hal yang patut dipelajari dari Do Kang-soo adalah dia tidak membenci ayahnya sekalipun selagi kecil dia sering mengalami kekerasan ketika ayahnya mabuk.

Do Kang-soo tetap menyayangi ayahnya karena ketika ayahnya yang sudah sakit-sakitan didapatinya tidak ada di rumah, dia mencari ayahnya, dan ketika dilihatnya ayahnya sedang membereskan kardus-kardus bekas di dalam gang ia marah karena takut ayahnya pingsan dan ia juga yang nantinya harus direpotkan untuk mengurus ayahnya. Do Kang-soo pun mengingatkan ayahnya untuk minum obat darah tinggi.

Rasa marah Do Kang-soo adalah wujud  kepeduliannya kepada ayahnya. Ketika ayahnya tidak kuat berjalan Do Kang-soo pun menggendong ayahnya.

Sikap Do Kang-soo kepada ayahnya menyentuh hati saya sehingga mampu membuat saya menitikkan air mata.

Rasa cinta Do Kang-soo pun ditunjukkan dengan sering membelikan jokbal, makanan kesukaan ayahnya.

Do Kang-soo tidak membenci ayahnya karena ayahnya adalah satu-satunya keluarga yang dimilikinya dan juga karena dia sudah dewasa dan mulai dapat memahami penderitaan ayahnya dan mengerti bahwa sebenarnya ayahnya mengasihinya, karena jika  sedang tidak mabuk ayahnya juga bersikap baik padanya.

Walaupun tidak membenci ayahnya bukan berarti dia tidak marah kepada ayahnya atas perlakuan buruk yang diterimanya. Hal ini dia katakan kepada Han Seong-gu bagaimana hidup berjalan tidak sesuai keinginannya, ibunya kabur saat dia masih bayi dan ayahnya memukulinya setiap kali ayahnya mabuk. Tapi setelah dia dewasa dan mampu membela dirinya, ayahnya malah sakit dan dia juga yang harus merawat ayahnya.

Jadi Do Kang-soo sebenarnya anak yang berbakti kepada ayahnya.

Sedangkan ayahnya Do Jung-man ( Woo Hyun ). merasa bersalah karena telah menghancurkan keluarganya, dan hidup dalam penyesalan.  Untuk mengurangi rasa bersalahnya Do Jung-man bekerja di toko barang bekas meskipun usianya sudah tua dan kesehatannya menurun.

Impian yang sangat sepele dan biasanya saja bagi banyak orang tapi bisa menjadi impian besar bagi sebagian orang karena sulit untuk mendapatkannya

Adegan dimana Do Kang-soo melewati studio foto Woori dan di dinding luar studio foto terpampang foto keluarga dan Do Kang-soo berhenti sejenak memandang foto-foto keluarga tersebut.

Adegan tersebut tidak digambarkan dengan berlebihan atau mencolok hanya mimik dan sorot mata Do Kang-soo yang terlihat sedikit sedih, sehingga  penonton bisa menangkap ada sesuatu yang istimewa tentang foto keluarga bagi Do Kang-soo.

 Adegan Do Kang-soo minum dengan ayahnya juga sangat menyentuh hati, karena disitu Do Kang-soo mengeluarkan isi hatinya tentang apa ayahnya tahu tentang impiannya? Waktu kelas 3 SD, Do Kang-soo diminta untuk membawa foto keluarga untuk tugas sekolah, tapi hanya dia yang gagal menyelesaikan tugas itu, karena mereka tidak punya foto keluarga satupun. Impian Do Kang-soo memiliki foto keluarga jadi dia ingin bisa berfoto bersama keluarga. Tapi sekeras apapun Do Kang-soo mencoba, itu tidak akan pernah terwujud.

Do Kang-soo telah mencoba mencari ibunya tetapi ditipu oleh orang-orang yang mengklaim bahwa mereka dapat membantunya dalam pencariannya.

Impian Do Kang-soo itu benar-benar menyentuh hati bagaimana tidak bagi banyak keluarga foto keluarga merupakan hal biasa dan bukan termasuk impian tapi bagi Do Kang-soo itu merupakan impian yang sulit terwujud.

Disini penonton dapat mengambil hikmah yaitu menghargai apa yang kita miliki sekalipun itu sepertinya kecil atau biasa tapi itu mungkin bagi sebagian orang sulit untuk dimiliki. Dan juga tidak pernah meremehkan impian orang lain yang mungkin sepele bagi kita tapi justru sangat berarti bagi orang lain.

Setiap orang pasti ingin bahagia dan berusaha mencari cara untuk bisa berbahagia

Ji Sun-young ( Jeon Soo-jin) seorang wanita 28 tahun yang pacar Hwang Tae-bok, bosnya Do Kang-soo suatu saat bertanya tentang impiannya dan Do Kang-soo mengatakan: "Aku ingin bahagia."

 Setiap orang  pasti ingin bahagia dan definisi bahagia untuk setiap orang berbeda dan karena berbeda maka cara mewujudkan kebahagiaan itu berbeda-beda.

Bahagia menurut Do Kang-soo adalah bisa berfoto keluarga yang lengkap dan membuat kehidupan keluarga lebih baik secara ekonomi, karena salah satu penyebab ketidakbahagiaan Do Kang-soo adalah keluarganya miskin dan terlilit banyak hutang.

Tapi kenyataan tidak seindah mimpi, sangat sulit untuk bisa bahagia untuk seorang seperti Do Kang-soo.

Maka ketika Do Kang-soo menemukan selebaran oleh Bliss Laboratory dengan kata-kata Apakah kamu ingin bahagia? 

Dia mengunjungi laboratorium dan bertemu ahli saraf dan peneliti Dr. Woo Jae-hee ( Bae Hae-sun ). Dr. Woo mempresentasikan penemuan timnya: kapsul obat asam amino berlapis glukosa yang dikombinasikan dengan protein dari arteri serebral yang disuntikkan ke otak untuk "memaksimalkan perasaan bahagia" dan membuat subjek manusia percaya bahwa semua keinginannya "telah menjadi kenyataan" dalam "dunia yang sempurna". Dr Woo mengambil tomografi otak Kang-soo dan mengatakan kepadanya bahwa dia 96% cocok untuk percobaan, yaitu dia dapat menjalani tes tanpa masalah.

Jadi Do Kang-soo pun rela merasa bahagia walaupun hanya kebahagiaan palsu tapi karena Do Kang-soo mengasihi ayahnya dan dia masih ingin membelikan jokbal, makanan kesukaan ayahnya, maka saat Dr. Woo memberinya kontrak, Do Kang-soo memutuskan untuk menolak tawaran tersebut.

Hidup keras membuat seorang tergoda untuk mencuri

Do Kang-soo sebenarnya beberapa kali terbesit dan berniat untuk mencuri tapi dia merasa itu sia-sia karena melakukan hal itu tidak mengubah apapun dan bosnya merupakan orang yang mengerikan dan akan mengejarnya kemanapun sampai mendapatkan uangya kembali.

Hal itu dikatakannya kepada Ji Sun-young yang tertangkap basah sedang membuka brankas uang Hwang Tae-bok.

Tapi hidup ini sangat keras buat Do Kang-soo sehingga sempat ada niatan Do Kang-soo untuk bunuh diri, tapi niatnya diurungkan karena dia berpikir lebih baik menjadi bahagia seperti yang ditawarkan Dr. Woo.

Tapi sayang ketika Do Kang-soo datang kembali ke tempat Dr. Woo ternyata untuk menjadi bahagia tidak gratis lagi tapi sudah berbayar dengan harga yang sangat mahal.

Dikarenakan Do Kang-soo sangat ingin berbahagia maka diapun akhirnya mencuri uang bosnya ketika ada kesempatan dan saat bosnya mengejarnya dalam keadaan putus asa dia berharap bosnya mati dan kemudian terjadi sesuai keinginannya.

Kebahagian palsu

Do Kang-soo akhirnya mendapatkan apa yang dia impikan, menjadi bos dari sebuah perusahaan dan menikah dengan wanita yang dicintainya Ji Sun-young .

Do Kang-soo juga berhasil menemukan  dan membawa ibunya kembali pulang, dan apa yang menjadi impian Do Kang-soo untuk berfoto keluarga terpenuhi. Dan semuanya berjalan sesuai keinginan Do Kang-soo.

Sampai disini sepertinya  happy ending jadi sedikit mengecohkan penonton, tapi ternyata kebahagiaan yang Do Kang-soo alami itu palsu dan tidak nyata karena Do Kang-soo dalam keadaan tidak sadar dan sedang bermimpi setelah menjadi bahan eksperimen Dr. Woo.

Saat Do Kang-soo membonceng Ji Sun-young, mereka mengalami kecelakaan dan menurut dokter Do Kang-soo sulit untuk bertahan dan kalaupun berhasil bertahan hidup maka kemungkinan Do Kang-soo tidak akan normal lagi akan ada kecacatan secara otak dan fisik.

Kesempatan tersebut dipakai oleh Dr. Woo untuk membujuk Do Jung-man mengizinkan Do Kang-soo menjadi eksperimen nya dengan mengatakan Do Kang-soo pernah mendatanginya karena ingin bahagia dan daripada Do Kang-soo meninggal dalam kesakitan dan kesedihan lebih baik dia merasakan bahagia sebelum meninggal, dan mendengar hal tersebut tentu saja Don Jung-man menyetujui nya.

Pernyataan maaf dan cinta ayahnya mampu menarik Do Kang-soo kembali ke dunia nyata.

Setelah mengetahui salah seorang yang menjadi bahan eksperimen Dr. Woo meninggal dan kemudian dibakar. Do Jung-man merasa ada yang tidak beres  dan merasa membiarkan Do Kang-soo menjadi bahan eksperimen untuk bisa bahagia adalah sesuatu yang salah maka dia memutuskan untuk menghentikan eksperimen ini dan membawa Do Kang-soo kembali ke rumah, tapi Dr, Woo mengatakan Do Kang-soo bisa kembali hanya dengan keinginannya sendiri karena jika alat tersebut dicabut maka Do Kang-soo akan meninggal.

Do Jung-man akhirnya punya cara untuk membawanya pulang dengan cara mendatangi anaknya tiap hari dan mengajaknya pulang dan cara ini cukup berhasil karena di dunia mimpi pikiran sadar Do Kang-soo tentang ingatan masa lalunya masuk, sehingga dalam mimpi tersebut Do Kang-soo mulai merasakan kejanggalan-kejanggalan dan keanehan untuk sesuatu yang dialaminya.

Dr,Woo adalah orang yang ambisius demi keberhasilan nya dia tambahkan dosis obat untuk membuat Do Kang-soo menjadi lebih bahagia, tapi ternyata itu juga tidak berhasil karena ada perlawanan dari pikiran Do Kang-soo.

Dr. Woo termasuk monster, menurut saya karena mau mengorbankan orang lain demi tercapai tujuannya.

Setelah meningkatkan dosis obat tidak berhasil maka Dr. Woo menekan tombol stop di alat yang menyalurkan kebahagiaan ke otak Do Kang-soo, sehingga dalam mimpi Do Kang-soo mulai bermunculan kenyataan hidupnya yang mengerikan.

Cara ini cukup berhasil dan sepertinya Do Kang-soo tidak mau kembali lagi ke dunianya dan memilih tinggal di dunia mimpi yang indah.

Tapi ketika ayahnya mengatakan maaf karena sudah banyak menyakiti dan membuat Do Kang-soo menderita dan saat ayahnya mengatakan menyayanginya sambil menangis memegang tangan Do Kang-soo, disitulah Do Kang-soo memutuskan untuk kembali.

Do Jung-man walaupun sudah berubah tapi tetap belum pernah mengatakan maaf dan menyayangi anaknya, mungkin karena rasa bersalah dan juga penderitaan membuat hal tersebut tak terucap dari mulutnya.

Sementara Do Kang-soo sepertinya di alam bawah sadar mengharapkan permintamaafan dari ayahnya dan berharap ayahnya juga mengatakan kalau dia menyayanginya, maka ketika berada dalam dunia mimpi apa yang menjadi harapannya terwujud.

Ayahnya dan dia duduk  berdua sambil minum Soju, hal yang tidak pernah mereka lakukan sebelumnya dan ayahnya mengatakan maaf karena telah menyakitinya dan Do Kang-soo pun dapat menanyakan hal yang selama ini dia ingin tanyakan kenapa ayahnya menyakitinya.

Rekonsiliasi  ayah dan anak

Setelah Do Kang-soo sadar, dia kembali ke rumah dan saling berpelukan dengan ayahnya.

Kemudian endingnya diperlihatkan di dinding luar foto studio ada foto keluarga yaitu foto Do Kang-soo dan ayahnya.

Dari foto tersebut penonton jadi tahu bahwa Do Kang-soo bahagia bersama dengan ayahnya walaupun tanpa kehadiran ibunya.

Do Kang-soo  dan ayahnya menyadari kebahagiaan sebenarnya adalah menunjukkan kasih terhadap keluarga.

Jadi endingnya dibuat senyata mungkin  yg tanpa dipaksakan.

Sekalipun keinginannya untuk bertemu dan membawa ibunya belum berhasil tapi mereka tetap bisa bahagia.

Drama ini benar-benar bagus dan saya rekomendasikan untuk ditonton. Ceritanya menyentuh dan mengharu biru tanpa perlu di dramatisir dengan alur yang ringkas dan padat.

Saya saja waktu melihat adegan Do Kang-soo kecelakaan tidak harapan untuk selamat dan harus jadi bahan eksperimen, sehingga hidup dalam kebahagiaan palsu tampak terasa menitikkan air mata karena kasihan sekali melihat kisah hidup  tragis yang dialami Do Kang-soo.

Merasa lega ketika Do Kang-soo akhirnya bisa kembali sadar dan  pulang. Bagaimana hal tersebut membuat saya terhanyut dalam cerita.

Drama ini juga banyak mengandung pesan moral tentang arti kebahagiaan sebenarnya, tentang kebahagiaan palsu dan semu yang banyak dicari orang mungkin melalui narkoba, minuman keras, berkhayal dan berhalusinasi, dsb. bukanlah suatu kebahagiaan.

Tentang hubungan orang tua yang sulit mengatakan  cinta kepada anaknya dan sulit  minta maaf ketika mereka bersalah. Padahal hal tersebut perlu dilakukan orang tua.

Dan masih banyak pesan moral lainnya, yang jelas setiap orang pasti ingin bahagia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun