Beberapa potong kalimat itu kuulangi dengan jelas. Setelah memahami perusahaan tempat bekerjanya mengalami krisis dan harus melakukan rasionalisasi pegawai. Pilihan yang berat yang harus dilakukan. Ah...aku menangkup kertas itu di dadaku..Mbak Sarah benar. Aku memejamkan mata. Ada perasaan yang menyeruak dalam hatiku. Bukan sedih karena suami di PHK. Bukan!!...
Â
***
Â
Malam mendingin di awal Desember. Hujan yang  menghiasi di siang dan malam. Karena cintaNYA malam menjadi tempat peraduan di saat lelah. Lelah berjalan dalam putaran hidup yang terus bergerak. Melingkar. Kadang terasa pelan, kadang terasa cepat. Malam menjadi pelindung jiwa dari kelelahan. Di sepertiganya. Di saat cintaNYA begiiiiiitu dekat. Dan aku selalu merindukan saat-saat itu. Saat kening tersungkur di atas sajadah. Saat mengadukan semua peran yang kusandang. Saat tangan yang lemah ini tak sanggup mengurai hidup yang terkadang sulit ....
Â
Jam 2.30 pagi aku terbangun. Alhamdulillah Rabbi. Engkau membangunkanku untuk jamuan malamMU. Aku melihat ke samping. Ku kucek mataku sekali lagi. Kemana A Marwan? Aku segera terbangun. Perlahan meninggalkan tempat tidur. Ah mungkin ke kamar mandi....batinku.
Â
Perlahan aku menyeret kakiku ke luar kamar. Â Sayup aku mendengar suara itu. Â Dari kamar sebelahI!!
Â
Suaranya  lirih. Aku mendekat.....seorang laki-laki tertunduk, bahunya terguncang-guncang pelan, doanya sayup kudengar. Ah..suamiku!!