Tapi ini bukanlah saatnya untuk menikmati fajar. Ada sebuah urusan yang mengharuskan Andrian dan keluarga untuk pulang, tentu saja perkara pelanggannya tadi. Ia tak ingin membuat pelanggannya itu menunggu terlalu lama.Â
Setelah berpamitan dengan keluarga, Andrian pun melesat meninggalkan kawasan pernikahan.
Dan terjadilah semuanya. Kejadian-kejadian itu seperti tak ada keanehan, tapi uang yang ia simpan andam karam. Ditambah satu perkara, ia harus membeli padi lagi, stok juga sudah tidak cukup.
Terlintas satu ide di kepalanya. Pria itu pun mengambil benda pipih yang dari tadi setia menunggu di sakunya lantas menelepon seseorang.
"Bapak katanya ke sini, ya, kemarin malam?"
"Tidak, Pak," jawab seseorang di balik telepon. Aneh, bukannya kemarin Bayu bilang bahwa orang ini datang membawa sisa uang?
"Tapi karyawan saya bilang bahwa bapak ke sini kemarin malam, sekitar pukul 10an."
"Tak mungkinlah, Pak Andri. Nggak enak bertamu malam-malam. Lagian saya janjinya seminggu lagi, kan?" Andrian sekarang mengerutkan dahinya lantas menutup telepon.Â
Belum genap dengan keheran, seseorang pun berjalan mendekat. Wajahnya tampak tak berdosa, menyapa setiap wajah dengan dinginnya.
"Ada apa ramai-ramai?" tanya pria itu.
"Kamu dari mana aja?"