“Maaf, ga. Kami Cuma ingin menghibur kamu biar tidak tegang di acara.” Dita mencoba menenangkan suasana.
Aku tersentuh. Mereka mungkin sudah melirikku yang hanya diam duduk merenung tadi. Aku merasakan cahaya senyuman mereka yang merasuki pikiranku. Aku lupa kalau aku juga butuh hiburan.
“Ga, kamu sekarang kuliah, ya?” tanya Dita. “Iya,” jawabku. “Iya. Kalau kalian?”
Cindy dan Dita saling tersenyum.
“Aku juga kuliah sama seperti Dita,” celetuk Cindy. “Berarti, kita sama-sama mahasiswa, dong!” seru Dita.
Percakapan yang berlanjut sangat lama itu memakan waktu yang sangat banyak. Hampir dua jam berlalu sangat singkat. Banyak informasi yang kudapat dari mereka. Tidak sedikit pula gurauan dari mereka membuat percakapan kami bertahan lama penuh canda.
Dua jam itu pula, kami tidak merasa panik meski acara masih belum dimulai. Mereka sempat juga mengutarakan keinginan saat mendapat hadiah utama nanti. Selain itu, yang kutahu dari sifat mereka, kalau Cindy sering to the point, kalau Dita selalu santai.
Percakapan masih berlanjut hingga satu pertanyaan dari Cindy terlontar.
“Nah, Ga. Kita kan udah ngobrol bareng sampai akrab,” ucap Cindy. “Iya. Memang ada apa?” tanyaku.
“Mulai dari kita bertemu sampai detik ini, jawab dengan jujur, Ga!” tegas Cindy.
“…” Aku terdiam beberapa saat. “Mulai, nih,” cetus Dita.