Ulumul qur’an meliputi semua ilmu yang ada kaitannya dengan Al-Qur’an, baik berupa ilmu agama, ilmu tafsir maupun ilmu-ilmu bahasa Arab, seperti ilmu balaghah dan ilmu i’rāb. Bahkan, sebagian ilmu ini masih dapat di pecah kepada beberapa cabang dan macam ilmu yang masing-masing mempunyai objek kajian tersendiri. Setiap objek dan ilmu-ilmu ini menjadi ruang lingkup pembahasan Ulumul Qur’an.
•Pembahasan yang menjadi ruang lingkup ulumul qur’an menurut Ash-Shiddieqy ada enam poin, antara lain :
1.Persoalan nūzul. Persoalan yang biasa kita sebut dengan persoalan “Turunnya Al-Qur’an” dan kita sering mendengar dengan istilah Makiyah (ayat-ayat yang diturunkan di Mekkah), Madaniyah (ayat-ayat yang diturunkan di Madinah), Hadhariah (ayat ayat yang ditirunkan ketika nabi berada di kampung), Safariah (ayat ayat yang diturunkan ketika nabi dalam perjalanan), Nahāriah (ayat ayat yang diturunkan waktu siang), Lailiah (ayat ayat yang diturunkan waktu malam), Syitāiah (ayat ayat yang diturunkan di musim dingin), Shaifiah ((ayat ayat yang diturunkan ketika musim panas), Firā-syiah (ayat ayat yang diturunkan ketika nabi di tempat tidur). Persoalan ini juga meliputi hal yang menyangkut sebab-sebab turun ayat, yang mula-mula turun, yang terakhir turun, yang berulang-ulang turun, yang turun terpisah-pisah, yang turun sekaligus, yang pernah diturunkan kepada seorang Nabi, dan yang belum pernah turun sama sekali.
2.Persoalan sanad. Persoalan ini meliputi hal-hal yang menyangkut sanad yang mutawātir, yang āhād, yang syāz, bentuk-bentuk qirāāt Nabi. Para periwayat dan para penghafal Al-Qur’an, dan cara tabammul (penerimaan riwayat).
3.Persoalan adā’ al-qirāah (cara membaca Al-Qur’an). Hal ini menyangkut waqf (cara berhenti), ibtidā (cara memulai), imālah, madd, (bacaan yang dipanjangkan), takhfif hamzah (meringankan bacaan hamzah), idghām (memasukkan bunyi huruf yang sakin kepada bunyi huruf sesudahnya).
4.Pembahasan yang menyangkut lafal Al-Qur’an, seperti pembacaan yang pelik disebut gharīb, menerima perubahan akhir kata disebut mu’rab, metafora disebut majāz, lafal yang mengandung lebih dari satu makna disebut musytarak, sinonim disebut murādif, isti’ārah metafor, dan penyerupaan disebut tasybīh.
5.Persoalan makna Al-Qur’an yang berhubungan dengan hukum, seperti kata yang bermakna ‘umum’ memiliki tiga posisi antara lain : Umum yang yang tetap dalam keumumannya, Umum yang khusus, dan Umum yang dikhususkan oleh sunnah, nash, zahir, mujmal (global), mufashshal (dirinci), manthūq (makna yang berdasarkan pengutaraan), mafhūm (makna yang berdasarkan pemahaman), muthlaq (tidak terbatas), muqayyad (terbatas), muhkam (kukuh, jelas), mutasyābib (samar), musykil (maknanya pelik), nāsikh (menghapus), mansūkh (dihapus), muqaddam (didahulukan), muakhar (dikemudiankan), ma’mūl (diamalkan pada waktu tertentu), dan ma’mul juga disini (diamalkan hanya seorang saja).
6.Persoalan makna Al-Qur’an yang berhubungan dengan lafal, yaitu fashl (pisah), washl (berhubung), ījāz (singkat), ithnāb (panjang), musāwah (sama), dan qashr (pendek).
Dari yang disebutkan diatas kita mengetahui bahwa ruang lingkup Al-Qur’an menjadi pokok pembahasan ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab. Namun, kenyataannya ada secercah ayat-ayat yang menyangkut dengan kehidupan sehari-hari kita, dan menafsirkannya butuh pengetahuan tentang disiplin ilmu. Seperti penafsiran ayat kauniah memerlukan pengetahuan astronomi, ayat-ayat ekonomi memerlukan ilmu ekonomi, dan ayat-ayat politik memerlukan ilmu politik, dan seterusnya.
Mengingat banyaknya yang berkaitan dengan pembahasan Ulumul Qur’an, ruang lingkup pembahasan ini jumlahnya sangat banyak, Bahkan, menurut Abu Bakar Al-‘Arabi, ilmu-ilmu Al-Qur’an mencapai 77.450. Hitungan itu diperoleh dari hasil perkalian jumlah kalimat Al-Qur’an dengan empat, karena masing-masing kalimat memiliki makna zhahir, batin, had, dan mathla’. Jumlah tersebut akan semakin bertambah jika melihat urutan kalimat didalam Al-Qur’an serta hubungan antar urutan. Jika sisi itu yang dilihat, maka ruang lingkup pembahsan Ulumul Qur’an tidak akan bisa dihitung atau tak terhingga lagi.
C. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Ulumul Qur’an