Mohon tunggu...
ian sancin
ian sancin Mohon Tunggu... Novelis - Seniman

Penulis Novel Sejarah Yin Galema.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menggalorkan Getang Belitong

19 September 2022   10:30 Diperbarui: 19 September 2022   10:49 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI Di Bangka Belitung. Penulis Husnial Husin Abdullah. Penerbit PT.Karya unipress. 1983). Nampak terlihat dalam foto tersebut bentuk destar yang tak sama variasi dan bentuknya.

Begitupun songkok atau peci lebih disukai apalagi berkait dengan aromatik agama tertentu yaitu Islam. Songkok sudah menjadi bagian dari budaya Melayu yang memang identik dengan Islam. Apalagi songkok kemudian dipopularkan pemakaiannya oleh tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia hingga ke sang Proklamator yaitu Soekarno.   

            G e t a n g      M a s a     K i n i

Getang di masa kini hanya sebagai simbol adat, dianggap benda budaya masa lalu yang masih memiliki marwah  tertentu bagi pemakainya. Benda adiluhung itu terpelihara agar jatidiri budaya tetap ada dalam semangat berbangsa di dinamika peradaban modern saat ini. Meski pun ia hanya hadir dalam dalam seremonial tertentu saja.  Getang secara fungsi tradisi  telah berubah, syarat betare pun tak lagi mesti memakai  ikat kepala.

Namun secara teknis getang juga banyak sudah berubah. Praktik pembuatan getang tak banyak lagi dibentuk secara tradisional. Ketika sudah ada campur tangan industry, itu  mempermudah pekerjaan maka getang saat ini lebih banyak dijahit ketimbang diikat. Pembuatan "getang industri" tentu saja masih meniru bentuk getang tradisional masa lalu.

Industri "pakaian adat" di masa kini selalu menyertakan destar yang di dalamnya terdapat juga getang. Misalnya pakaian pengantin, maka demi lebih meningkatkan daya saing industri tak jarang getang atau tutup kepala itu selalu dimodifikasi secara gemerlap.

Sejatinya getang dari campur tangan industri ini tak dapat digolongkan sebagai pelestarian benda budaya secara utuh, sebab pelestarian benda budaya tidaklah harus merubah sifat asli yang dari apanya dimiiliki oleh benda tersebut. Jika hanya meniru bentuk dan rupa yang sama tapi sifatnya berbeda itu adalah sebuah "pengingkaran" bukan pelestarian. Maka jika getang diperlakukan seperti itu, ia pun hadir di masa kini hanya sebagai simbol saja.

Peran industri modern yang meubah banyak hal itu tak perlukah disalahkan? Dinamika peradaban modern selalu bersifat komersil, itu tak terpungkiri terkadang menggerus sifat budaya aslinya. Berbeda dengan peradaban masa lampau yang adiluhung  selalu bijak dan arif dalam berkehidupan. 

Jika getang masa kini di posisikan hanya sebagai simbol, itu masih cukup baiklah, juga kehadirannya masih ada dalam seremonial tertentu, termasuk pentas dan aktraksi, serta kegiatan ritual budaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun