Dalam bertata busana, seorang raja  telah menentukan  jenangannya  atau "hukum adat raje Belitong" di sana lebih menekankan warna (warna menjadi penting sebab mudah terlihat dan terindentifikasi, misalnya warna bendera, dan lainnya)  disebutkan  bahwa warna kuning menjadi hak raja. Warna hijau dan merah untuk yang lain jajaran di bawahnya.
Mengenai warna itu, Â mulai dari pakaian agung (kebesaran), pending, seting (selendang lebar dipakai raja guna merestui pernikahan anggota keluarga atau seorang yang diperkenankan oleh raja) tentunya semua berwarna kuning.Â
Ketentuan mengenai identifikasi hak raja dan jajarannya tersebut, Â terutama mengenai "Alat Alat Kebesaran Depati" dapat dibaca pada halaman 19 dan seterusnya, di buku "Sejarah Bangka Belitung Jilid2" oleh Prof.Dr. Djoko Marihandono, Dkk. Dikbudpar Prov. Babel.2019.
Bentuk getang juga menjadi penting untuk membedakan derajad kekuasaan wilayah. Maka ciri getang yang dikenakan raja (depati) di Belitung akan berbeda dengan raja (sultan) di Palembang (kedua penguasa wilayah ini terhubung dari sebab pernikahan keluarga di masa lampau akhir abad 15, masa berikutnya terjalin pernikahan dengan keluarga Mataram di awal abad 16) Maka di Belitong tak mengenal bentuk setanjak atau tanjak.Â
Setanjak berasal dari kata tanjak yang artinya tinggi, maka setanjak artinya setinggi (maksudnya menanjak alias meninggi). Maka derajad yang lebih rendah tak diperkenankan untuk menanjakkan diri. Jika ada yang bermaksud menyamai atau meninggikan diri, maka yang bersangkutan dapat tergolong makar atau pembangkangan.Â
Begitu juga pada masa Sultan Mataram memakai tutup "Sungkok" tinggi  maka Depati (Raja Belitong) juga mengenakan sungkok tapi tak setinggi sungkok sultan (Saat ini, salah satu sungkok Raje Belitong turunan dinasti Kerajaan Balok itu, masih tersimpan di Museum Buding, Belitung Timur)
Ada juga getang Raja Belitong yang meninggi tapi tak setinggi "setanjak", itu adalah "getang kuncong" (kuncong berasal dari kata kuncup bunga muda yang mekar) jadi jika ada getang yang menanjak maka tanjak tersebut hanya serupa kuncong. Kuncong atau kuncung kemudian sering juga diartikan dengan jambul (yang menjembul) istilah ini sudah jarang terdengar.
S e b a g a i   S e b u a h   F u n g s i   j u g a  F i l o s o f iÂ
Di masanya, bagi masyarakat awam atau umum getang lebih sebagai sebuah fungsi ketimbang  sebuah nilai status sosial. Kebiasaan memakai getang adalah bagian yang dapat ditinggalkan terutama ketika setiap kali ke luar rumah atau bepergian.Â
Sedangkan bila berada di dalam rumah ada pantangan tak boleh memakainya kecuali dalam hal ritual.Â
Pelanggar pantangan ini akan menyebabkan kepala seseorang menjadi rumbu'an (berangsur menjadi botak di bagian tengah kepala) Maka ketika mengenakan getang ke luar rumah, itu lebih sebagai fungsi melindungi kepala dari berbagai bahaya yang memungkinkan dapat mengancamnya seperti berbagai hewan liar yang selalu menyerang kepala, misalnya ular dahan, dan yang  paling penting terbantu dari ganasnya cuaca.