Mohon tunggu...
ian sancin
ian sancin Mohon Tunggu... Novelis - Seniman

Penulis Novel Sejarah Yin Galema.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menggalorkan Getang Belitong

19 September 2022   10:30 Diperbarui: 19 September 2022   10:49 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Misal ada lipatan tipis, lipatan tebal, ada yang menutupi kepala secara penuh, ada yang tidak penuh, bahkan ada yang memakai simpulan tertentu, dan lain sebagainya. Ciri utama secara umum sebuah getang adalah memiliki lipatan, lilitan atau simpulan, serta ikatan, juga ada tutupan dari kain yang sama.

Getang atau kain yang digetangkan tersebut tentunya tidaklah diperuntukkan secara permanen karena secara tradisional getang tidak dijahit. Maka ikatan atau simpulan dapat dibuka dan digetangkan kembali kapan saja oleh pemilik atau pemakainya. 

Bentuk rupa bangunnya bisa sama atau berubah tergantung lebar dan panjangnya kain. Seseorang pemakai getang akan memiliki kebiasaan melilitkan getangnya sesuai kebiasaan dan kesukaannya. Tentu saja itu mesti pula memerhatikan ketentuan adat yang berlaku di negerinya, misalnya getang seorang awam secara adat tak boleh sama dengan milik raja, dan lainnya.

Kebiasaan menggetangkan kain di kepala oleh "Urang Belitong" belum dapat diketahui pasti kapan bermulanya. Namun tentu saja itu beriring dengan perkembangan peradaban paling awal yang kemudian mentradisi dari masa itu ke masa berikutnya. 

Oleh penduduk Belitung, tradisi getang bertahan hingga ke masa tertentu,  itu  sebelum datangnya penutup kepala dari belahan dunia lain yang hadir  ke Belitong. Penduduk Belitung sendiri yang heterogen melebur dari berbagai suku bangsa, juga datangnya dari masa ke masa. Nampaknya dari keragaman inilah getang kemudian menjadi sangat variatif bentuknya.

 Menggetangkan kain di kepala secara leluasa hanya dengan dengan melilit-simpulkan lantas ia pun disebut getang. Mengapa hanya dililit simpulkan, karena supaya ikatan tersebut dapat mudah dibuka kembali, itu agar kain bisa difungsikan ke kegunaan lainnya atau tentu buat dicuci atau dibersihkan. Kecuali kain tertentu memerlukan perlakuan khusus yang pembersihannya kadang tak memerlukan air misalnya tenun kain perak juga emas.

Seseorang  yang ingin meng-getang-kan kain di kepalanya bisa dikerjakan secara mandiri tergantung kebiasaannya, atau dibantu oleh inang  yaitu seorang yang memang diberlakukan sebagai pengasuh urusan busana. Di masa lampau, Inang inang pribadi hanya dimiliki oleh raja dan para bangsawan, biasanya mereka adalah perempuan yang sangat berpengalaman di bidangnya. 

Seiring hilangnya monarki, maka inang terus eksis mengurusi busana sekaligus mengasuh calon pengantin.  Inang itu dikenal dalam tradisi Belitong disebut sebagai "Mak Inang" sang pengasuh pengantin.

 Ada juga sebab lainnya, mengapa getang di masa lampau, tidak dibuat secara permanen melainkan harus diikat-simpulan saja sehingga dapat dibuka dan jika hendak memakainya mesti "dibuat" lagi. Orang orang Belitung pada masa lampau sangat berhati hati, sangat arif, sangat santun, sangat memerhatikan keseimbangan, namun sangat pula memerhatikan keselamatan diri. 

Nah, keselamatan diri tak hanya secara fisik namun juga secara batin. Perihal kebatinan selalu menjadi hal utama.

Ilmu "tendat" (ilmu kebatinan yang mempengaruhi seseorang secara jarak jauh juga jarak dekat, tendat berasal dari kata tanda atau tandai, artinya ilmu ini bekerja setelah menandai seseorang saat terlihat terakhirnya, namun secara jarak dekat tendat digunakankan juga dalam menyalurkan "tenage dalam") baik di aliran ilmu hitam dan ilmu putih. Ilmu tendat merupakan salah satu cara buat memperdayai lawan atau musuh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun