Dalam masyarakat tradisonal "Urang darat" Belitong umumnya adalah Peume (peladang), perasuk (pemburu), pemuar (pencari madu hutan), pebanjor, pembubu, menyiro, penirok ( semuanya para pencari atau penangkap ikan), pemangkol (pencari kayu bahan rumah, pundok atau bangsal), pemarang (pencari rotan dan bulo) dan lain sebagainya, semua pekerja itu berkait dengan wilayah tanah, hutan, sungai, juga laut.
Tradisi yang tak pernah ditinggalkan mereka adalah kewajiban adat, itu dikenal dengan sebutan budaya "betare" yaitu sikap tahu diri yang dimiliki setiap penduduk agar selalu "memohon diri" meminta restu kepada seorang yang dituakan yaitu kepala adat.
Maka dalam tradisi memasuki hutan baik untuk berladang atau berburu, dan sebagainya itu, wajiblah seorang itu mesti betare ke "Dukon Kampong" (Kepala adat wilayah). Maka dukun tersebut akan merestui setiap orang dengan memberkatinya lewat getang orang yang betare itu. Biasanya sang dukun bakal meubah bentuk atau meminta pemiliknya yang meubahnya. Atau tak perlu diubah jika sudah sesuai dari yang disyaratkan.
Syarat ketika seorang betare kepada dukon Kampong yang ingin memasuki hutan tertentu selain sang dukun selalu mengikatkan atau meubah kembali getangnya sesuai petunjuk gaibnya, juga sang dukun menjampi (memanterai) peralatan yang menyertainya. Maka getang dan semua yang sudah diberkati itu bakal membuat si pemakainya menjadi lebih percaya diri yang diyakini dapat menjauhkan dirinya dari marabahaya.
Namun untuk waktu berikutnya seorang tak perlu lagi betare jika seorang itu sudah melaksanakan tujuannya misalnya membuka hutan lalu ladangnya dikerjakan.
Atau pemburu tak perlu lagi betare jika sudah mendapat wilayah buruan, seorang pebanjor tak perlu betare jika sudah mendapatkan lubuknya, dan seterus. Kecuali ingin memasuki wilayah atau hutan baru sesuai yang disyaratkan sang dukun.
Jenis kain getang yang dipakai oleh para penduduk itu umumnya adalah kain terbuat dari tenun kapas yang diwarnai atau polos saja. Getang dari jenis kain ini juga secara fisik fungsinya lebih kepada untuk menahan keringat yang mengucur dari kepala ketika sedang melakukan pekerjaan berat.
Selain itu, getang bisa dibuka menjadi lembaran kain untuk membungkus, mengikat, membalut luka, serta fungsi lainnya. Sebenarnya tak hanya getang, serban dan tekulok juga adalah tutup kepala yang fungsional.
Dari fungsi getang yang memiliki ketentuan dalam pemerlakuannya maka getang bukanlah sekedar tutup atau ikat kepala saja. Seorang tak boleh memakai sembarang getang orang lain, getang tak boleh terlangkahi apalagi sengaja dilangkahi. Maka secara filosofis getang memang menjadi benda yang mewakili "kepala" (segenab jiwa dan pikiran) si empunya.
M e n g a p a G e t a n g l e b i h P o p u l e r d i M a s a n y a
Mengapa getang lebih dikenal sebagai penutup kepala seorang Belitung ketimbang bentuk destar (penutup kepala) lainnya, misal serban, tekulok, dan lainnya. Jika melihat dari bahasanya, getang hadir sebagai ikat kepala karena bisa dibentuk secara variatif dibandingkan dengan penutup kepala seperti serban. Serban adalah penutup kepala dari kain yang dilingkarkan beberapa lilitan kemudian dibebat (disimpul-ikatkan secara kuat).