Mohon tunggu...
Ahong
Ahong Mohon Tunggu... -

?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kwee Tek Hoay: Harta Terpendam Sastra Indonesia

25 Maret 2012   16:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:29 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Susy Kohar, Cicit Kwee
“Banci-banci yang di sini diwakili tokoh Franz. Banci yang kita lihat di televisi dan film biasanya cuman untuk lelucon, bodoh, dan lemah. Tapi di Nonton Cap Gomeh, dialah yang membuka kekolotan atau kritik.”

Gebrakan Kwee Tek Hoay juga muncul dalam sikapnya terhadap perempuan. Ia mendukung dan turut membidani kelahiran penulis perempuan peranakan melalui majalah Panorama dan Moestika Panorama. Ia memimpin dua majalah ini pada 1926 sampai 1932.

Pakar Kesasteraan Melayu Tionghoa, Myra Sidharta menceritakan.

“Dia khusus menyediakan beberapa halaman untuk karya-karya wanita. Jadi wanita-wanita itu mengirim tulisan pada dia. Dia mengkoreksi. Seperti kursus tertulis. Kalau sudah disetujui, dia muat dalam majalahnya. Sehingga perempuan-perempuan itu jadi terkenal juga.”

Pembelaan terhadap perempuan juga muncul dalam karya-karya lain Kwee, lanjut Myra.

“Dan dalam tulisan-tulisannya, ia juga banyak membela wanita. Misalnya perempuan-perempuan yang pernah menjadi PSK tapi belakangan bertobat. Dia ada beberapa tulisan mengenai hal itu.”

Putri sulungnya Kwee Yat Nio, merupakan bukti didikan Kwee Tek Hoay. Cicit Kwee, Susi Kohar mengenang aktivitas neneknya yang menjadi sastrawan dan jurnalis perempuan.

Daniel Jacob (kiri), Sutradara Teater Bejana dan Asistennya Hendra

Daniel Jacob (kiri), Sutradara Teater Bejana dan Asistennya Hendra
“Ngikutin kegiatan ayahnya. Dia ikut sejak masih remaja. Maka dia penerusnya Kwee Tek Hoay. Banyak membuat karya sastra dan penulisan di Maanblat Istri (media berbahasa Belanda –red) pada saat itu. Di seminar mewakili wanita bagaimana pemikiran-pemikiran dia.”

Kwee Tek Hoay tidak hanya menjadi penulis untuk golongan peranakan. Karyanya juga menjadi bagian dari catatan tentang gerakan Indonesia modern, kata sejarawan Tionghoa, Didi Kwartanada.

“Serial tulisan yang berjudul, Atsal Moelahnja Timboel Pergerakan Tionghoa Modern Pertama di Indonesia. Kwee Tek Hoay menceritakan suatu organisasi modern pertama Tionghoa yang pertama ada di Indonesia. Ini sekolah dan gerakan Tionghoa Hwee Kwan pengaruhnya besar sekali. Seperti kepada Budi Utomo sedikit banyak dipengaruhi THHK. Tanpa warisan naskah ini, susah kita mencarinya.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun