Di Pasar Papringan, kamu juga bisa menemukan kerajinan bambu, terutama cendera mata, serta hasil pertanian dan peternakan penduduk desa seperti cabai, sayur-mayur, wedus, hingga kelinci.
Para penjual mengenakan pakaian adat Jawa. Petunjuk arah dan plang informasi di pasar ini pun tak kalah antik, terbuat dari tampah dengan tiang bambu.
Nuansa tempo dulu di pasar ini semakin diperkuat dengan adanya pertunjukan gamelan secara langsung.
Penyajian makanan di sini sepenuhnya tanpa plastik.
Para penjual menggunakan keranjang anyaman pring, bathok kelapa, daun pisang, daun jati, piring rotan, dan kendil, serta memasak dengan tungku tanah liat dan kayu bakar.
DI ANTARA berbagai keotentikan di Pasar Papringan, trasah batu adalah salah satu yang paling meninggalkan kesan mendalam dalam pengalaman saya.
Trasah batu merupakan salah satu bentuk kearifan lokal dalam teknik pengerasan tanah. Dibangun dengan memanfaatkan bahan dan teknologi setempat, trasah batu ini tak hanya kuat dan tahan lama, tetapi juga ramah lingkungan.
Sehingga, jika terjadi kerusakan, warga desa dapat memperbaikinya sendiri.
Lalu, apanya yang spesial Mahéng?
Nah, di sinilah poin saya. Banyak sekali desa wisata yang membuat saya jenuh sebab terkesan dibuat-buat dan dipaksakan.