Kemandirian finansial dalam pernikahan melibatkan kemampuan untuk mengelola keuangan dengan baik, dari seberapa besar pendapatan yang dimiliki. Ini mencakup pembuatan anggaran yang realistis, penabungan untuk masa depan seperti dana pendidikan atau pensiun, serta memiliki tabungan darurat untuk mengatasi situasi tak terduga.Â
Selain itu, kemandirian finansial juga mencakup investasi yang bijak untuk mengembangkan keuangan. Komunikasi terbuka dan jujur tentang keuangan dengan pasangan juga menjadi kunci dalam mencapai kemandirian finansial dan membangun kestabilan finansial bersama.
Uang dan finansial memang penting dalam pernikahan, tetapi bukan satu-satunya faktor yang menjamin kebahagiaan. Makanya saya meletakkan poin ini di nomor tiga.
Kembali lagi ke jantung hati saya yang hendak dilamar orang, sakit sih, tapi jikalau pacar saya menerima pinangan dari lelaki itu dan pacar saya akan jauh lebih baik masa depannya, saya akan belajar menerima.
Meskipun saya mencintainya, saya memilih untuk menunda pernikahan karena saya masih memiliki tanggung jawab hutang yang harus diselesaikan.
Bagi saya, menyelesaikan hutang sebelum menikah adalah jalan terbaik untuk membangun rumah tangga yang bebas dari beban finansial.
Menikah adalah keputusan besar yang perlu dipikirkan matang-matang. Menunda pernikahan bukan berarti membatalkan nikah, tapi kesempatan untuk mengembangkan diri dan mempersiapkan diri untuk pernikahan yang lebih matang.
Penting untuk membekali diri dengan ilmu sebelum menikah. Jadi, manfaatkan jenak menunda menikah dengan memperbanyak ilmu tentang pernikahan, hak dan kewajiban suami istri, serta bagaimana membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah.Â
Last but not least, menikahlah untuk kebahagiaan diri sendiri, bukan untuk membahagiakan orang lain [mhg].
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H