Jika motifmu masih dangkal, seperti hasrat seksual atau penampilan, saran saya sebaiknya memang ditunda dulu.
Menikah bukanlah jawaban dan satu-satunya solusi atas hasrat seksual. Jika pernikahan dilandasi oleh hasrat seksual, kemungkinan besar umur pernikahannya tidak akan lama, karena alat reproduksi atau alat seksual memiliki masa kadaluarsa.Â
Sehingga, ketika pasangan atau kamu sendiri tidak menemukan kepuasan seksual dengan pasanganmu, akan menimbulkan niat untuk berganti pasangan, baik secara legal maupun tidak. Â
Begitu pun wajah, yang memiliki masa keriputnya. Menikah dengan alasan yang salah dapat mengakibatkan pernikahan yang tidak bahagia dan rawan pertengkaran berujung perceraian.
Lantas, ketika ada yang mengatakan "saya menikah untuk ibadah atau menyempurnakan agama," itu sepenuhnya tepat.Â
Tetapi, ibadah juga perlu ilmu. Hal ini senada dengan yang disampaikan Abu Bakar Ash-Shiddiq yang mengatakan, "Tanpa ilmu, amal tiada gunanya. Sedangkan, ilmu tanpa amal adalah hal yang sia-sia."
Maka itu, merenungkan kembali definisi menikah dan motivasi menikah merupakan salah satu bentuk ilmu yang penting. Dengan memahami definisi dan motivasi yang tepat, kamu akan lebih siap untuk menjalani pernikahan yang bahagia dan langgeng.
Mengembangkan Kedewasaan Emosional Â
Belajar mengelola emosi dengan baik. Emosi di sini bukan semata-mata amarah. Mampu mengendalikan stres dan frustrasi dengan cara yang sehat sangat penting dalam pernikahan. Hal ini dapat ditunjang dengan kemampuan komunikasi. Paling tidak, 80% dalam sebuah hubungan adalah komunikasi.
Mencapai Kemandirian Finansial
Mencapai kemandirian finansial dalam pernikahan sering disalahartikan sebagai memiliki kekayaan atau penghasilan yang tinggi. Meskipun memiliki penghasilan yang stabil dan cukup merupakan faktor penting, kemandirian finansial lebih dari itu.