Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Author

Redaktur di Gusdurian.net dan CMO di Tamasya Buku. Penulis feature dan jurnalisme narasi di berbagai media.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Waithood di Era Modern: Dilema Perempuan dan Tekanan Sosial dalam Menjalani Hidup Belum Nikah

14 Februari 2024   11:00 Diperbarui: 14 Februari 2024   19:18 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pernikahan dini.  Foto: Shutterstock/Andrii Yalanskyi via Kompas.com

Kemandirian finansial dalam pernikahan melibatkan kemampuan untuk mengelola keuangan dengan baik, dari seberapa besar pendapatan yang dimiliki. Ini mencakup pembuatan anggaran yang realistis, penabungan untuk masa depan seperti dana pendidikan atau pensiun, serta memiliki tabungan darurat untuk mengatasi situasi tak terduga. 

Selain itu, kemandirian finansial juga mencakup investasi yang bijak untuk mengembangkan keuangan. Komunikasi terbuka dan jujur tentang keuangan dengan pasangan juga menjadi kunci dalam mencapai kemandirian finansial dan membangun kestabilan finansial bersama.

Uang dan finansial memang penting dalam pernikahan, tetapi bukan satu-satunya faktor yang menjamin kebahagiaan. Makanya saya meletakkan poin ini di nomor tiga.

Kembali lagi ke jantung hati saya yang hendak dilamar orang, sakit sih, tapi jikalau pacar saya menerima pinangan dari lelaki itu dan pacar saya akan jauh lebih baik masa depannya, saya akan belajar menerima.

Meskipun saya mencintainya, saya memilih untuk menunda pernikahan karena saya masih memiliki tanggung jawab hutang yang harus diselesaikan.

Bagi saya, menyelesaikan hutang sebelum menikah adalah jalan terbaik untuk membangun rumah tangga yang bebas dari beban finansial.

Ilustrasi pernikahan dini.  Foto: Shutterstock/Andrii Yalanskyi via Kompas.com
Ilustrasi pernikahan dini.  Foto: Shutterstock/Andrii Yalanskyi via Kompas.com

Menikah adalah keputusan besar yang perlu dipikirkan matang-matang. Menunda pernikahan bukan berarti membatalkan nikah, tapi kesempatan untuk mengembangkan diri dan mempersiapkan diri untuk pernikahan yang lebih matang.

Penting untuk membekali diri dengan ilmu sebelum menikah. Jadi, manfaatkan jenak menunda menikah dengan memperbanyak ilmu tentang pernikahan, hak dan kewajiban suami istri, serta bagaimana membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah. 

Last but not least, menikahlah untuk kebahagiaan diri sendiri, bukan untuk membahagiakan orang lain [mhg].

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun