Pandangan Soepomo pada persidangan BPUPKI ini, mendahului apa yang ditekankan oleh John F. Kennedy kepada rakyat Amerika Serikat pada 1961,"Ask not what your country can do for you; ask what your can do for your country".
Persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa saat ini sebagian besar merupakan refleksi dari kurangnya pembudayaan nilai-nilai Pancasila di Indonesia. Meskipun Pancasila diakui sebagai filsafat, pandangan dunia, norma dasar, ideologi negara, dan paradigma pembangunan, namun seringkali hanya menjadi klaim tanpa dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.
Ketika Batik kita diklaim oleh negara lain, kita merasa marah. Ketika tarian kita diakuisisi oleh negara lain, kita merasa tersinggung. Bahkan, kita rela mengeluarkan puluhan juta rupiah untuk menonton konser artis mancanegara, tapi lupa dengan wayang sebagai warisan budaya.
Mari kita jadikan Hari Lahir Pancasila sebagai simbol persatuan dan keadilan, dengan semangat bersama membangun bangsa. Pancasila tidak hanya untuk dihafal, tetapi untuk diamalkan sesuai dengan visi para pendiri bangsa.
Meskipun kita mungkin memiliki perbedaan dalam agama, kita masih bisa bersatu dalam kemanusiaan, cinta tanah air, harapan yang sama, serta mencari keadilan dan kebahagiaan bersama.Â
Lebih jauh lagi, Pancasila harus menjadi the way of life sebagai dasar seluruh tindak tutur kita.
***
Jika Anda telah sampai di sini, terima kasih telah membaca. Jangan ragu untuk meninggalkan kritik dan saran di kolom komentar agar saya dapat menulis dengan lebih baik lagi. [Mhg].
Selamat memperingati Hari Lahir PancasilaÂ
***
Bacaan Lebih Lanjut
Aning, F. (2019). Lahirnya Pancasila: Kumpulan Pidato BPUPKI. Yogyakarta: Media Pressindo.
Arif Zulkifli, dkk. (2013). Agus Salim Diplomat Jenaka Penopang Republik: Seri Buku Tempo Bapak Bangsa. Jakarta: KPG.
Ashmore, J. (2016). Three Aspects of Weltanschauung. The Sociological Quarterly, 215.
Latif, Y. (2020). Wawasan Pancasila: Bintang Penuntun Untuk Pembudayaan Edisi Komprehensif. Bandung: Mizan.
Madjid, N. (1997). Tradisi Islam: Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan di Indonesia. Jakarta: Paramadina.
Soekarno. (1965). Di Bawah Bendera Revolusi Vol. II. Jakarta: Panitia Penerbit Di Bawah Bendera Revolusi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H