Alfaina mengangguk pasrah, mengekori dari belakang---masih menampakkan raut muka keheranan.
Â
Mereka berdua berjalan ke belakang pondok, sekitar dua ratus meter. Berhenti tepat di pinggir kolam bundar---cekungan kecil---berdiameter dua puluh. Kolam itu dikelilingi oleh persawahan hijau yang terbentang luas. Jingga-kemerahan semburat di kaki barat---seolah melambaikan perpisahan. Burung-burung kecil terbang rendah muncul-sembunyi di antara padi-padi.
Â
Zaighun dan Alfaina berdiri berjejer, sama-sama memandangi air kolam.
Â
Pyorrr. Semua kopi yang berada dalam cangkir ditumpahkan Zaighun, "Kenapa kolam ini tidak menghitam?"
Â
"Mana mungkin bisa hitam, kolam ini terlalu luas dibandingkan kopi itu."
Â
"Lantas kenapa air putih dalam gelas tadi menghitam?" Zaighun melengkungkan bibir.