"Saya pamit ke dalam, Mas. Terima kasih sudah menemani mengobrol singkat barusan. Permisi," pamit Santoso buru-buru namun tetap sopan.
Â
"Oh iya silakan. Semoga keadaan bapak Mas Santoso berangsur membaik," jawabku.
Â
Selepas Santoso pergi, aku beranjak menuju tempat penyimpanan peralatan kerjaku yang berjarak 100 meter dari ruang ICU. Sembari berjalan, aku kembali merenungkan percakapan barusan.
Â
Santoso bercerita, saat ini ketiga kakaknya merantau ke luar pulau. Ia mengaku, sejak kecil dirinya dan semua kakak sangat dimanja.
Â
Kedua orang tua mereka amat royal dan boros dalam mengeluarkan uang. Profesi sang bapak sebagai juragan taksi membuat lini kehidupan mereka tak pernah kehabisan pundi-pundi. Liburan keluar kota sudah menjadi agenda rutin setiap bulan.
Â
Perayaan ulang  tahun setiap anak  pun kerap digelar besar-besaran di restoran ternama. Bahkan saking tajir melintir, sang bapak pernah menjual beberapa unit taksinya untuk biaya pesta sunatan anak-anaknya yang diadakan dua hari dua malam.