Mohon tunggu...
Hanifa Paramitha Siswanti
Hanifa Paramitha Siswanti Mohon Tunggu... Penulis - STORYTELLER

Penikmat kopi pekat ----- MC, TV Host, VO Talent ----- Instagram: @hpsiswanti ----- Podcast Celoteh Ambu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hura-Hura Tak (Pernah) Ada Guna

18 Juli 2020   19:04 Diperbarui: 18 Juli 2020   19:03 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi membakar uang (sumber gambar: lifepal.co.id)

"Saya pamit ke dalam, Mas. Terima kasih sudah menemani mengobrol singkat barusan. Permisi," pamit Santoso buru-buru namun tetap sopan.

 

"Oh iya silakan. Semoga keadaan bapak Mas Santoso berangsur membaik," jawabku.

 

Selepas Santoso pergi, aku beranjak menuju tempat penyimpanan peralatan kerjaku yang berjarak 100 meter dari ruang ICU. Sembari berjalan, aku kembali merenungkan percakapan barusan.

 

Santoso bercerita, saat ini ketiga kakaknya merantau ke luar pulau. Ia mengaku, sejak kecil dirinya dan semua kakak sangat dimanja.

 

Kedua orang tua mereka amat royal dan boros dalam mengeluarkan uang. Profesi sang bapak sebagai juragan taksi membuat lini kehidupan mereka tak pernah kehabisan pundi-pundi. Liburan keluar kota sudah menjadi agenda rutin setiap bulan.

 

Perayaan ulang  tahun setiap anak  pun kerap digelar besar-besaran di restoran ternama. Bahkan saking tajir melintir, sang bapak pernah menjual beberapa unit taksinya untuk biaya pesta sunatan anak-anaknya yang diadakan dua hari dua malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun