Hal ini sangat tergantung kepada kualitas SDM yang ditugaskan menjadi pengawas maupun karyawan yang melakukan eksekusi dan transaksi sehari hari disetiap Bank. Jika kualitas prilaku semua pihak yang terlibat dalam pengawasan dan operasional buruk (integritas dan kejujuran tidak terjaga) maka saya kira permasalahan di bank akan tetap sering terjadi.Â
Tetap terbuka adanya kemungkinan bank bermasalah yang dipicu oleh berbagai sebab. Bisa karena persoalan dari internal penyimpangan atau penyelewengan yang dilakukan internal pegawai (fraud) atau juga permasalahan yang berasal dari eksternal. Permasalahan yang timbul dari internal dapat dikatakan sepenuhnya merupakan salah satu bukti kelemahan pengawasan yang dilakukan oleh bank tersebut.Â
Selain itu permasalahan bisa terjadi karena tata kelola yang diterapkan dalam bank tersebut belum berjalan dengan baik, dimana manajemen bank tersebut sering tidak menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan sehat yang meliputi prinsip akuntabilitas (accountability), keterbukaan (transperancy), pertanggungjawaban (responsibility), Independensi (independency).
 2.  Saran
1). Sistem pengawasan bank secara internal perlu lebih diperkuat melalui penguatan dan peningkatan kualitas SDM yang diberi kepercayaan sebagai internal control dan auditor internal. Agar mereka dibekali dengan pelatihan dibidang kompetensi pengawasan (menyangkut ketentuan, SOP dan alur setiap eksekusi dan transaksi dan dokumen yang terjadi sehari-hari), pelatihan motivasi dan penguatan dibidang budaya kerja perusahaan. (corporate culture).
2). Melakukan transformasi budaya kerja untuk memperkuat bisnis. Tranformasi diawali dengan penguatan program budaya kerja yang unggul/kokoh yang menggambarkan perilaku kerja yang harus dilakukan seluruh pegawai dalam menjalankan tugasnya sehari hari.Â
Adanya budaya kerja yang kuat dan dipedomani serta ditaati oleh seluruh pegawai akan menghantarkan bank dalam posisi yang siap bersaing, khususnya menghadapi tantangan kedepan dalam memasuki era Revolusi Industri 4.0.
Untuk itu manajemen Bank harus berani melakukan transformasi Budaya Kerja Perusahaan ini ( Corporate Culture Transformation)  dengan menyusun cetak biru Budaya Kerja yang menggambarkan Visi dan Misi yang hendak dicapai. Dewan komisaris dalam hal ini dapat mendorong  manajemen melakukan transformasi dengan menyusun sebuah cetak biru Budaya Kerja Perusahaan dan penguatannya.
3). Perlu dibentuk dan dididik agen perubahan (change agent) untuk mempercepat akselerasi transfomasi budaya kerja. Para change agent diambil dari karyawan yang mempunyai komitmen yang tinggi dalam melaksanakan budaya kerja tersebut yang disebar kesemua unit kerja/cabang.Â
Para change agent ini juga harus didorong menjadi pelopor, pendobrak dan agen perubahan disetiap unit kerja/cabang agar budaya kerja tersebut dapat diterima dengan baik dan penuh kesadaran oleh seluruh karyawan. Mereka dibekali dengan training motivasi untuk menjadi role model yang dapat menularkan prinsip-prinsip budaya kerja yang baik dalam perilaku kerja karyawan sehari-hari.
Dengan terimplementasi dan terinternalisasinya budaya kerja kepada seluruh pegawai, maka penyimpangan dan penyelewengan serta ketidaktaatan terhadap ketentuan dari seluruh pegawai akan semakin berkurang. Perilaku budaya kerja yang baik ini juga akan memperbaiki kualitas layanan, meningkatkan bisnis dan meningkatkan kualitas aktiva produktif.