Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Masa Tua

22 Februari 2021   17:29 Diperbarui: 22 Februari 2021   18:41 1286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bapak terdiam. Wibawanya sebagai orang tua dan benar-benar tua sudah tidak ada lagi.

Kian hari, Bapak kian sering mendekam dalam kamar. Keluar kamar hanya untuk menonton tv dan makan. Badannya terus membengkak. Kakinya terlihat kecil menopang lemak-lemak yang bergelambir di perutnya.

Bapak mengalami kebosanan yang sangat parah. Dia mulai kehilangan satu demi satu kesenangan dari aktivitasnya. Hidup di rumah megah, miliknya sendiri, serasa di penjara. Apa karena tua tidak boleh berbuat apa-apa? Apa karena tidak ada tenaga jadi dipandang tidak berwibawa sehingga tidak dihormati? Apa kebebasan sungguh terkekang ketika menua?

Semua pertanyaan itu terus dipikirkannya. Suatu malam, akhirnya Bapak tidak kuat. Dia terkena struk dan meninggal di dalam kamar. Kami tidak ada yang tahu.

Keesokan pagi, ketika penguburan Bapak, saya berkata pada kakak saya: “Gara-gara kakak, Bapak jadi cepat mati!”

“Wajarlah Bapak meninggal. Memang sudah tua umurnya. Siapa lagi yang bisa menghindar bila waktunya tiba,” jawabnya.

Ingin rasanya saya tutup telinga rapat-rapat. Lalu, saya jahit mulutnya. Cih!

...

Jakarta

22 Februari 2021

Sang Babu Rakyat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun