"Sudah Pak."
"Ya, terima kasih.”
Di mejanya Raito sekarang tertumpuk novelnya sendiri sejumlah siswa di kelas itu. 60 orang. "Tanda tangani semuanya ya kawan!"
Kata Renan sambil menepuk bahu kawannya itu. Raito menghela napas panjang, mengambil pulpen dan menanda tangani di bagian tebal buku. Selesai kelas, Selesai pula tugas tambahan Raito. Novel itu dikembalikan semua ke pemiliknya dan Raito mendapat tepukan bahu dari kawan-kawannya ketika mereka mengambil buku itu dari meja Raito.
"Ditunggu jilid selanjutnya!"
Kata mereka, tanpa disadari, Raito dikenal banyak teman dihari itu karena teman sekelasnya akhirnya mengenal dia semuanya. Renan pamit kepada Raito sambil menjinjing tas besar dengan merk yang terkenal di permainan tenis.
"Eh, kamu pemain tenis? Untuk apa kau bawa raket di kelas?"
"Ya, nanti selesai kuliah aku mau latihan untuk persiapan porda.”
Raito kemudian meminta Renan untuk berlatih tanding keesokan harinya di lapangan perumahan yang seharusnya sepi di hari kerja. Renan mengiyakan ajakan itu dan bersegera untuk pindah kelas.
Sementara itu buku didepan Raito sudah diambil semuanya oleh pemiliknya. Tinggal satu tersisa. Dan di kelas pun hanya menyisakan Raito dan Risa yang masih duduk di bangkunya. Raito berdiri, membawa bukunya, menghampiri Risa.
"Nih, sudah kutandatangani"