"Mereka kok ngomongnya kaya sok tau banget sih!" sewot Risa sambil menunjukan komentar yang ada di handphonenya.
"Yaelah orang miskin itu, ga mampu kaya kita," balas Sita dengan santainya.
"Cuman bisa ngeliat kok sok sokan menilai, kan aneh ya," sahut Tisa dengan nada sok bijaknya.
"Udah, baper banget sih, jangan terlalu pake hati," ucap Gina mencoba memberi nasihat.
"Iya sih, tapi kok ya gini banget yah," ucap Risa dengan perasaan yang semakin tak mengenakkan.
"Itu mah mending disosmed, orangnya ga kliatan, daripada aku secara langsung dikatain, itu di sosmed mah belum apa-apa itu," timpal Sita yang malah mencoba membanding-bandingkan kehidupannya.
"Jangan bahas masa lalu deh, mending ditutup rapet-rapet kalau masa lalu mah," ujar Risa dengan nada tenang berusaha agar temannya ikutan lebih tenang.
"Mereka emang kurang ajar, atau mungkin mereka banyak yang ga sekolah kaya kita, jadi otaknya ga dipake!" balas Gina yang mencoba menenangkan namun malah seperti menjatuhkan orang lain.
"Udah deh, jangan diperpanjang," ucap Tisa pasrah.
"Eh tumben Ris, jerawatmu gedhe banget tuh merah lagi," ucap Sita sambil menunjuk jerawat di muka Risa menggunakan alisnya.
"Hah? Mana?" tanya Risa kebingungan dan segera mengambil kaca dari dalam tasnya.