Prinsip Pareto makin menemukan momentumnya di era sekarang. Konsumen makin sulit didikte dan dikendalikan, brand besar berguguran digantikan nama-nama yang asing. Namun dengan makin terbukanya peluang di era informasi, setiap orang juga makin terbuka pada pemberdayaan diri dan nilai-nilai sosialnya. Produk masa depan tak sebatas lagi sesuatu yang bisa dikonsumsi. Tapi juga memungkinkan terjadinya value creation (penciptaan nilai) di sisi penggunanya dan menciptakan network effect (efek jaringan). Itu sebabnya sekarang kita sering melihat iklan yang empowering people (memberdayakan manusia) dan makin kontekstual.
Saya yakin banyaknya merchant yang bergabung di Tokopedia, misalnya, bukan karena ajakan Isyana Sarasvati (yang belakangan justru bilang bahwa dia tak pernah belanja online). Namun karena kisah-kisah sukses para penjual Tokopedia yang divideokan atau yang dikisahkan dalam peer network. Setiap orang ingin dibantu, ditemani, dan diberdayakan, bukan diperalat untuk membeli. Setiap orang butuh teman bercakap, bukan orator. Prinsip ini berlaku tak peduli medium atau teknologi yang dipergunakan untuk mengantarkan pesan dan berinteraksi.
Slogan akan makin tak relevan. Data, teknologi, dan kreativitas juga tidak cukup. Orang-orang ingin melihat brand mengusung sebuah visi, misi, nilai, dan perilaku yang tidak self-centric. Brand mesti bisa teman untuk bersama-sama memecahkan masalah-masalah besar di masyarakat.
Brand masa depan adalah mereka yang mampu berjanji dan membuktikan sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H