Mohon tunggu...
Hilman Fajrian
Hilman Fajrian Mohon Tunggu... Profesional -

Founder Arkademi.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama FEATURED

Menyelamatkan Koran dari Kiamat

5 Januari 2016   09:58 Diperbarui: 2 Januari 2018   21:10 20609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kartun kematian satu demi satu media dan teknologi lama. (sumber: loo.me)

Lupakan kertas, mesin, tinta, pelat dan sebagainya. Dari hari ke hari biaya yang dikeluarkan untuk itu tak akan turun.Generasi Y akan jadi generasi terakhir yang (pernah) membaca koran dan sudah jadi penghuni planet digital. Ke depan kita akan melihat makin banyak online content creator mendapatkan Pulitzer dan anugerah jurnalistik. Sekarang kita juga sudah kenal istilah 'Blogger Istana' merujuk pada kebijakan Presiden Jokowi membawa serta 2 orang blogger Kompasiana setiap kunjungan kerja. Profesi social media developer makin panen project untuk mengembangkan reputasi figur atau institusi di jejaring sosial dan mewujudkan transparansi publik.

Nyawa koran di daerah memang akan sedikit lebih panjangkarena mayoritas pendapatannya digantungkan dari iklan atau advertorial pemerintah daerah (Pemda)yang nilainya miliaran per tahun. Koran juga masih mendapat tempat besar di masyarakat daerah karena penetrasi internet yang tidak secepat di kota-kota besar di Pulau Jawa. 

Namun pertumbuhan penetrasi internet di Indonesia, terutama daerah, adalah kenyataan dan sedang terjadi. Presiden Jokowi telah menggandeng Google mewujudkan Google Loon sebagai penyedia internet di remote area Indonesia. Kebijakan pemerintah juga dengan mudah berubah tergantung rezim. Setelah Pemerintah Pusat melarang Pemda beriklan display di koran, maka pengetatan anggaran iklan advertorial Pemda tinggal tunggu waktu.

Tak ada yang bilang bahwa cara-cara atau jalan keluar menghindari kiamat bagi koran ini mudah ditemukan atau diwujudkan. Dengan model bisnis koran yang telah mapan berabad-abad, besarnya infrastruktur dan mengkristalnya kultur lama, membuat industri ini kesulitan bermanuver. Evolusi dan seleksi alam mengajarkan kita bahwa yang mampu bertahan hidup bukanlah yang tercerdas, terkuat, terlama atau terkaya. Tapi yang paling mampu beradaptasi. 

Koran akan mati, namun medium akan tetap hidup selamanya. Menghadapi ini, sebagian memilih merengek, sebagian lagi lebih memilih mati sebagai legenda. Tapi sebagian besar akan mati sebagai pecundang. (***)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun