1.Kondisi kesehatan para korban bully yang saat ini sudah berusia 50 tahun, cenderung lebih buruk dari segi mental maupun fisik.
2.Fungsi kognitif mereka pun lebih rendah dibandingkan dengan orang sepantarnya yang tidak pernah menjadi korban bully.
3.Kualitas hidup dan tingkat kepuasan hidup korban bully juga cenderung lebih rendah daripada rekan seusianya yang tidak pernah mengalami perisakan.
4.Dampak bullying juga tidak selalu bisa diprediksi kemunculannya. Anak yang menjadi korban bully, bisa saja tidak menunjukkan tanda-tanda terganggu dengan perlakukan tersebut. Namun di kemudian hari, anak-anak tersebut berisiko lebih tinggi mengalami gangguan mental depresif dan menerima perawatan psikiatri.
5.Bukti lain mengenai akibat bullying yang terjadi pada jangka panjang juga disajikan oleh hasil penelitian pada 1.420 anak berusia 9-16 tahun yang pernah menjadi korban bullying. Para ahli meneliti kondisi mental mereka selama 4-6 kali dalam jangka waktu beberapa tahun. Hasilnya, anak yang pernah mengalami perundungan lebih sering mengalami berbagai jenis gangguan kecemasan dan gangguan panik. Selain itu, trauma yang ditimbulkan oleh bullying yang diterima saat kecil, juga bisa mengubah struktur otak yang di kemudian hari, serta akan memengaruhi kemampuan dalam mengambil keputusan yang benar.
6.Terakhir, anak-anak yang pernah menjadi korban bully di masa kecilnya, cenderung mengalami kesulitan untuk bermasyarakat ketika beranjak dewasa, karena:
•Lebih sulit mendapatkan pekerjaan atau mempertahankan pekerjaan yang dimiliki
•Sulit untuk fokus terhadap satu hal
•Kesulitan untuk berinteraksi sosial dengan orang lain
•Cenderung lebih rentan terkena penyakit
BAGAIMANA MENCEGAH PERILAKU BULLYING?
Dilakukan secara menyeluruh dan terpadu, dimulai dari anak, keluarga, sekolah dan masyarakat.