Mohon tunggu...
Hilma Hasanah
Hilma Hasanah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis pemula yang membutuhkan banyak kritik dan saran mendukung.

Bismillah, hamasah! Menebar kebaikan lewat tulisan. Semoga menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bullying dan Dampaknya pada Kesehatan Mental

25 September 2021   11:16 Diperbarui: 25 September 2021   11:22 5900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

4.Memiliki saudara kandung yang bersifat kasar. Anak-anak yang memiliki kakak kandung dengan sifat kasar cenderung akan mencontoh perbuatan saudaranya. Ditambah lagi, faktor terjadinya bullying ini dapat membuat Si Kecil merasa tidak punya kekuatan. Untuk mendapatkan kekuatan dan dominasi, akhirnya ia melampiaskannya kepada orang lain di luar rumah.

5.Tidak memiliki rasa percaya diri. Anak-anak yang tidak percaya diri cenderung akan melakukan bullying. Sebab, bullying akan membuat mereka merasa memiliki kekuatan dan dominasi. Tidak hanya itu, anak-anak yang tidak percaya diri ini juga cenderung berbohong mengenai kemampuan dirinya, demi menutupi rasa kurang percaya diri yang mereka miliki.

6.Kebiasaan mengejek orang lain. Kebiasaan mengejek orang lain dinilai dapat membuat anak-anak melakukan tindakan bullying. Ejekan ini dapat mengarah pada penampilan, kemampuan, ras, budaya, dan gaya hidup orang lain. Penindasan yang dilakukan oleh pelaku bullying ini sering kali datang dari rasa takut atau kurangnya pemahaman terhadap lingkungan di sekitarnya.

7.Haus akan kekuasaan. Haus akan kekuasan bisa menjadi penyebab bullying. Haus akan kekuasaan, penyebab bullying yang harus diwaspadai. Anak-anak yang selalu haus akan kekuasaan dan terus ingin memegang kontrol juga cenderung melakukan tindakan bullying. Mereka hanya mau bekerja sama jika yang lainnya mengikuti peraturan yang dibuatnya. Jika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai rencananya, maka ia akan mulai melakukan tindakan bullying.

8.Ingin menjadi populer di lingkungannya. Anak-anak yang ingin dikenal atau menjadi populer di lingkungannya pun dinilai berisiko melakukan tindakan bullying. Mereka akan menunjukkan sifat ingin memerintah, mengontrol, dan menuntut teman-temannya.

9.Tidak dibekali pendidikan empati. Anak-anak yang tidak diajari empati juga cenderung melakukan tindakan bullying. Tanpa empati, mereka tidak bisa atau bahkan tidak mau mengerti apa yang dirasakan oleh orang lain. Mereka pun juga bisa menyalahkan korban-korbannya. Kurangnya rasa empati ini dapat membuat anak-anak merasa bahwa tindakan bullying-nya hanyalah candaan semata, di saat orang lain justru merasa sakit hati akibat tindakan tak terpuji itu.

10.Tidak mendapatkan apa yang mereka mau. Di saat anak-anak tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka cenderung akan merasa frustrasi. Sebagian anak dapat menerima situasi ini dengan lapang dada. Namun, beberapa anak tidak kuat menahan perasaan tersebut. Hasilnya, mereka malah melakukan tindakan bullying demi kepentingan pribadi. Umumnya, hal ini disebabkan oleh sifat perfeksionis. Sebagai orangtua, cobalah ajarkan kepada mereka bahwa tidak segala sesuatunya harus menjadi sempurna.

11.Menggunakan kekuatan fisik untuk mengintimidasi. Tubuh besar dan fisik yang kuat dapat disalahgunakan oleh anak-anak untuk mendapatkan apa yang mereka mau dengan cara bullying. Mereka akan mengontrol situasi dengan membuat anak-anak yang lain merasa lemah.


APA DAMPAK YANG DITIMBULKAN DARI PERILAKU BULLYING?

Dampak bullying bukan hanya sesaat. Efeknya tidak hanya muncul ketika kata-kata makian dilontarkan, tapi juga bertahun-tahun kemudian. Pelaku harus sadar, bahwa dirinya sudah menuntun orang lain menuju keterpurukan yang sangat sulit dipulihkan.

Dampak bullying saat kecil juga bisa membekas hingga dewasa. Bullying adalah permasalahan global. Di satu sisi, perilaku tak terpuji ini membuat pihak berwenang mengencangkan peraturan terhadap pelaku. Namun di sisi lain, bullying sudah terlihat sebagai fase normal yang seolah harus dilewati ketika bertumbuh remaja dan dewasa. Kadang kita lupa, bahwa dampak bullying begitu berpengaruh pada masa depan seseorang.

Dampak bullying dalam jangka pendek bisa terlihat jelas. Apalagi jika perundungan terjadi secara fisik. Luka memar dan berdarah bisa langsung terlihat dan jadi senjata pendorong untuk membuat pelaku minta maaf. Namun bagaimana secara mental? Menangis setelah menjadi korban bullying hanya kondisi yang terlihat sementara. Belasan bahkan puluhan tahun setelahnya, luka mental itu sulit sembuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun