Mohon tunggu...
Hilma Hasanah
Hilma Hasanah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis pemula yang membutuhkan banyak kritik dan saran mendukung.

Bismillah, hamasah! Menebar kebaikan lewat tulisan. Semoga menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bullying dan Dampaknya pada Kesehatan Mental

25 September 2021   11:16 Diperbarui: 25 September 2021   11:22 5900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BULLYING DAN DAMPAKNYA PADA KESEHATAN MENTAL

Laporan hasil observasi yang disusun oleh : Hilma Hasanah

Proyek Tugas Pada Bulan September 2021

Kelas : XII Tata Busana

SMK Bina Nusantara

Perlindungan terhadap hak anak telah dijamin dalam undang-undang dasar negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 28b ayat 2 yang menyatakan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Meskipun undang-undang terkait perlindungan hak anak telah banyak diterbitkan, namun dalam implementasinya masih banyak ditemukan berbagai kekerasan yang menimpa anak antara lain perilaku bullying.

Dilansir dari website resmi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Bullying (dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai “penindasan/risak”) merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain, dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus.

Sebenarnya ada banyak definisi yang mengartikan bullying. Terutama yang terjadi dalam konteks lain seperti di rumah, tempat kerja, masyarakat atau komunitas. Namun disini akan lebih menjelaskan tentang Bullying yang terjadi di kalangan anak-anak khususnya di sekolah.

Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2005) mendefinisikan school bullying sebagai perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seseorang atau sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan terhadap siswa siswi lain yang lebih lemah dengan tujuan menyakiti orang tersebut.

 

KAPAN SEBUAH TINDAKAN BISA DIKATEGORIKAN SEBAGAI BULLYING?

Umumnya sulit membedakan antara perilaku bullying atau bercanda di kalangan anak-anak. Untuk lebih mengetahui perbedaan antara perilaku biasa dengan perilaku yang termasuk ke dalam bullying atau perundungan, maka perlu diperhatikan beberapa aspeknya. Suatu tindakan dapat dikategorikan sebagai perundungan atau bullying apabila perilaku tersebut sangat agresif.

Apabila ada ketidakseimbangan antara anak yang melakukan tindakan dengan anak yang menerima tindakan, baik berupa kekuatan fisik, popularitas, akses informasi pada hal yang memalukan korban, dan kemampuan mengendalikan dan membahayakan korban, serta terjadinya pengulangan terhadap perilaku intimidasi yang berpotensi untuk terjadi lebih dari satu kali, maka sudah sangat jelas bahwa perilaku tersebut tergolong ke dalam kategori bullying atau perundungan.

Beberapa tindakan yang juga termasuk ke dalam definisi perundungan di antaranya adalah perbuatan yang dapat membahayakan orang lain, menyebarkan rumor yang merugikan korban, melakukan penyerangan secara fisik atau verbal dan juga mengucilkan anak dari sebuah kelompok secara sengaja.

 

BAGAIMANA MENGENALI ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU BULLYING?

Bagaimana mengenali anak yang diindikasi mengalami tindakan intimidasi di sekolahnya? Sejumlah tips yang dirangkum Kompas.com dari berbagai sumber ini mungkin bisa membantu Anda. Ciri-ciri yang harus diperhatikan di antaranya:

1.Enggan untuk pergi sekolah

2.Sering sakit secara tiba-tiba

3.Mengalami penurunan nilai

4.Barang yang dimiliki hilang atau rusak

5.Mimpi buruk atau bahkan sulit untuk terlelap

6.Rasa amarah dan benci semakin mudah meluap dan meningkat

7.Sulit untuk berteman dengan teman baru

8.Memiliki tanda fisik, seperti memar atau luka

9.Munculnya keluhan atau perubahan perilaku atau emosi anak akibat stres yang ia hadapi karena mengalami perilaku bullying (anak sebagai korban).

10.Laporan dari guru atau teman atau pengasuh anak mengenai tindakan bullying yang terjadi pada anak.

Jika menemukan ciri-ciri seperti di atas, langkah yang harus dilakukan orangtua di antaranya:

1.Berbicara dengan orangtua si anak yang melakukan bully terhadap anak Anda

2.Mengingatkan sekolah tentang masalah seperti ini

3.Datangi konseling profesional untuk ikut membantu mengatasi masalah ini

Tanda-tanda anak sebagai pelaku bullying :

1.Anak bersikap agresif, terutama pada mereka yang lebih muda usianya, atau lebih kecil atau mereka yang tidak berdaya (binatang, tanaman, mainan).

2.Anak tidak menampilkan emosi negatifnya pada orang yang lebih tua/ lebih besar badannya/ lebih berkuasa, namun terlihat anak sebenarnya memiliki perasaan tidak senang.

3.Sesekali anak bersikap agresif yang berbeda ketika bersama anda.

4.Melakukan tindakan agresif yang berbeda ketika tidak bersama anda (diketahui dari laporan guru, pengasuh, atau teman-teman).

5.Ada laporan dari guru/ pengasuh/ teman-temannya bahwa anak melakukan tindakan agresif pada mereka yang lebih lemah atau tidak berdaya (no. 1).

6.Anak yang pernah mengalami bully mungkin menjadi pelaku bully.

APAKAH BULLYING HANYA BERUPA TINDAKAN FISIK?

Ada beberapa jenis perilaku yang termasuk ke dalam kategori bullying atau perundungan. Secara garis besar, bullying dapat dikelompokkan ke dalam enam kategori. Diantaranya adalah :

1.Bullying fisik. Biasanya perundungan fisik adalah salah satu dari jenis bullying pada anak yang paling mudah dikenali. Sering kali, yang menjadi korban akan menerima berbagai perlakuan fisik yang kasar. Menurut National Center Against Bullying, jenis perundungan fisik bisa berupa menghalangi jalan korban, menyandung, mendorong, memukul, menjambak, hingga merusak barang. Perhatikan apabila pada tubuh anak sering muncul luka atau memar tanpa alasan yang jelas. Biasanya anak yang menjadi korban enggan untuk mengakui bahwa dirinya ditindas secara fisik. Hal ini disebabkan karena takut dianggap tukang mengadu atau karena diancam oleh pelaku perundungan. Maka, anak mungkin akan menjawab bahwa luka tersebut didapat saat bermain atau jatuh dari tangga.

2.Bullying verbal. Salah satu dari jenis bullying pada remaja atau anak-anak lainnya adalah perundungan verbal. Tindakan ini bisa dilakukan dengan kata-kata, pernyataan, julukan, dan tekanan psikologis yang menyakitkan atau merendahkan. Dampak dari perundungan secara verbal mungkin tidak terlihat secara langsung. Maka dari itu, pelakunya tidak akan ragu untuk melontarkan ucapan yang tidak pantas secara terus-menerus. Biasanya, hal ini dilakukan ketika tidak ada saksi atau orang lain yang lebih tua. Perundungan jenis ini biasanya ditujukan pada anak yang fisik, penampilan, sifat, atau latar belakang sosialnya berbeda dari anak-anak yang lain. Tak jarang satu dari jenis perundungan ini dialami oleh anak yang gemuk, minderan, atau prestasinya di sekolah kurang tampak.

3.Tindakan pengucilan. Jenis perundungan lainnya yang juga cukup sering terjadi yaitu pengucilan. Korban tidak disakiti secara fisik maupun verbal, tetapi justru dimusuhi dan diabaikan oleh lingkungan pergaulannya. Korban akan kesulitan mencari teman, karena biasanya pelaku punya pengaruh yang cukup kuat untuk membujuk orang lain mengucilkan si korban. Biasanya, korban yang mengalami jenis perundungan ini sering menyendiri, mengerjakan tugas kelompok seorang diri dan tidak pernah bermain bersama teman-teman di luar jam sekolah.

4.Bullying dunia maya. Faktanya, bullying tak hanya terjadi di dunia nyata saja. Sekarang ini, bullying di dunia maya atau cyber bullying umum terjadi. Artinya, tidak dilakukan di lingkungan sekolah atau kehidupan sehari-hari secara langsung. Namun, pelaku melakukannya di dunia maya (cyber bullying) melalui internet. Perundungan ini bisa dibilang salah satu jenis yang cukup baru. Umumnya media yang digunakan untuk melalukan perundungan di dunia maya yaitu media sosial, aplikasi chatting, atau surat elektronik (e-mail).Mengingat sifatnya yang bebas, korban mungkin menerima perundungan dari orang yang tidak dikenalnya atau orang dengan nama pengguna (username) samaran. Perundungan yang terjadi biasanya berupa hinaan atau sindiran. Bisa juga berupa gosip tentang korban yang disebarkan melalui media sosial. Ciri-ciri anak yang menjadi korban cyber bullying adalah sering menghabiskan waktu di dunia maya tetapi tampak sedih atau tertekan setelahnya.

5.Bullying seksual. Jika anak sudah memasuki usia remaja awal, jenis perundungan ini lebih mungkin dialami. Pelaku perundungan akan mengomentari, menggoda, berusaha mengintip, bahkan menyentuh korban secara seksual. Tak hanya itu, jenis perundungan seksual pada remaja adalah jenis perundungan dengan cakupan yang cukup luas. Dimulai dari menyebarkan foto korban yang bersifat sensual dan pribadi, mengambil foto korban diam-diam dengan tujuan memuaskan gairah seksual pelaku, atau memaksa korban menonton atau melihat hal-hal yang berbau pornografi. Dalam beberapa kasus, perundungan seksual termasuk dalam tindakan kriminal yaitu pelecehan atau kekerasan seksual, yang memungkinkan pelaku ditindak secara hukum. Kebanyakan korban dari jenis perundungan seksual adalah anak perempuan, meskipun tak menutup kemungkinan anak laki-laki juga mengalami jenis perundungan ini.

6.Bullying antar saudara. Jenis bullying lainnya yang bisa terjadi pada remaja adalah perundungan dari saudara terdekat. Hal ini bisa terjadi ketika ada salah satu pihak yang merasa bahwa ia diperlakukan kurang baik dibandingkan dengan saudaranya. Remaja yang pernah dirundung pada masa kecilnya dilaporkan cenderung lebih rentan mengalami masalah mental sewaktu dewasa. Inilah bahaya bullying di rumah yang perlu lebih diwaspadai setiap orangtua.

KENAPA BULLYING BISA TERJADI?

Ada banyak faktor penyebab bullying pada anak. Salah satunya datang dari faktor keluarga. Anak yang tumbuh dan berkembang di dalam keluarga yang kurang harmonis, orang tua yang terlalu emosional dan kurangnya perhatian orang tua terhadap anak dapat menyebabkan timbulnya perilaku menyimpang salah satunya bullying. Untuk mencegah perilaku bullying pada anak, penting bagi kita untuk mengetahui penyebabnya sedini mungkin. Diantara penyebabnya adalah :

1.Pernah menyaksikan dan merasakan kekerasan. Pernah mengalami kekerasan dapat menjadi penyebab bullying. Pernah mengalami kekerasan dapat picu tindakan bullying. Bahkan tidak jarang orang yang melakukan perundungan adalah korban bullying di masa lalunya. Orang yang pernah menyaksikan dan merasakan kekerasan di rumah lebih berisiko melakukan tindakan bully pada orang lain. Jika ada anak atau anggota keluarga yang melakukan bully terhadap orang lain, jangan buru-buru menghakiminya. Cari tahu apakah ia sedang memiliki masalah internal dengan keluarganya. Jika ini kasusnya, berikan ia dukungan dan bimbingan.

2.Memiliki orangtua yang bersifat permisif. Orangtua yang bersifat permisif atau serba mengizinkan, ternyata dinilai bisa menyebabkan anaknya melakukan tindakan bullying. Sebab, orangtua dengan faktor bullying ini cenderung tidak membuat peraturan yang bisa mengawasi anak-anaknya sehingga mereka bebas melakukan apa saja, termasuk perundungan di luar rumah.

3.Kurangnya hubungan dengan orangtua. Memiliki hubungan atau komunikasi yang buruk dengan orangtua dipercaya dapat membuat seorang anak berisiko melakukan tindakan bullying.

4.Memiliki saudara kandung yang bersifat kasar. Anak-anak yang memiliki kakak kandung dengan sifat kasar cenderung akan mencontoh perbuatan saudaranya. Ditambah lagi, faktor terjadinya bullying ini dapat membuat Si Kecil merasa tidak punya kekuatan. Untuk mendapatkan kekuatan dan dominasi, akhirnya ia melampiaskannya kepada orang lain di luar rumah.

5.Tidak memiliki rasa percaya diri. Anak-anak yang tidak percaya diri cenderung akan melakukan bullying. Sebab, bullying akan membuat mereka merasa memiliki kekuatan dan dominasi. Tidak hanya itu, anak-anak yang tidak percaya diri ini juga cenderung berbohong mengenai kemampuan dirinya, demi menutupi rasa kurang percaya diri yang mereka miliki.

6.Kebiasaan mengejek orang lain. Kebiasaan mengejek orang lain dinilai dapat membuat anak-anak melakukan tindakan bullying. Ejekan ini dapat mengarah pada penampilan, kemampuan, ras, budaya, dan gaya hidup orang lain. Penindasan yang dilakukan oleh pelaku bullying ini sering kali datang dari rasa takut atau kurangnya pemahaman terhadap lingkungan di sekitarnya.

7.Haus akan kekuasaan. Haus akan kekuasan bisa menjadi penyebab bullying. Haus akan kekuasaan, penyebab bullying yang harus diwaspadai. Anak-anak yang selalu haus akan kekuasaan dan terus ingin memegang kontrol juga cenderung melakukan tindakan bullying. Mereka hanya mau bekerja sama jika yang lainnya mengikuti peraturan yang dibuatnya. Jika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai rencananya, maka ia akan mulai melakukan tindakan bullying.

8.Ingin menjadi populer di lingkungannya. Anak-anak yang ingin dikenal atau menjadi populer di lingkungannya pun dinilai berisiko melakukan tindakan bullying. Mereka akan menunjukkan sifat ingin memerintah, mengontrol, dan menuntut teman-temannya.

9.Tidak dibekali pendidikan empati. Anak-anak yang tidak diajari empati juga cenderung melakukan tindakan bullying. Tanpa empati, mereka tidak bisa atau bahkan tidak mau mengerti apa yang dirasakan oleh orang lain. Mereka pun juga bisa menyalahkan korban-korbannya. Kurangnya rasa empati ini dapat membuat anak-anak merasa bahwa tindakan bullying-nya hanyalah candaan semata, di saat orang lain justru merasa sakit hati akibat tindakan tak terpuji itu.

10.Tidak mendapatkan apa yang mereka mau. Di saat anak-anak tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka cenderung akan merasa frustrasi. Sebagian anak dapat menerima situasi ini dengan lapang dada. Namun, beberapa anak tidak kuat menahan perasaan tersebut. Hasilnya, mereka malah melakukan tindakan bullying demi kepentingan pribadi. Umumnya, hal ini disebabkan oleh sifat perfeksionis. Sebagai orangtua, cobalah ajarkan kepada mereka bahwa tidak segala sesuatunya harus menjadi sempurna.

11.Menggunakan kekuatan fisik untuk mengintimidasi. Tubuh besar dan fisik yang kuat dapat disalahgunakan oleh anak-anak untuk mendapatkan apa yang mereka mau dengan cara bullying. Mereka akan mengontrol situasi dengan membuat anak-anak yang lain merasa lemah.


APA DAMPAK YANG DITIMBULKAN DARI PERILAKU BULLYING?

Dampak bullying bukan hanya sesaat. Efeknya tidak hanya muncul ketika kata-kata makian dilontarkan, tapi juga bertahun-tahun kemudian. Pelaku harus sadar, bahwa dirinya sudah menuntun orang lain menuju keterpurukan yang sangat sulit dipulihkan.

Dampak bullying saat kecil juga bisa membekas hingga dewasa. Bullying adalah permasalahan global. Di satu sisi, perilaku tak terpuji ini membuat pihak berwenang mengencangkan peraturan terhadap pelaku. Namun di sisi lain, bullying sudah terlihat sebagai fase normal yang seolah harus dilewati ketika bertumbuh remaja dan dewasa. Kadang kita lupa, bahwa dampak bullying begitu berpengaruh pada masa depan seseorang.

Dampak bullying dalam jangka pendek bisa terlihat jelas. Apalagi jika perundungan terjadi secara fisik. Luka memar dan berdarah bisa langsung terlihat dan jadi senjata pendorong untuk membuat pelaku minta maaf. Namun bagaimana secara mental? Menangis setelah menjadi korban bullying hanya kondisi yang terlihat sementara. Belasan bahkan puluhan tahun setelahnya, luka mental itu sulit sembuh.

Kondisi ini bukanlah nyanyian cengeng para korban bully, melainkan berdasarkan hasil penelitian yang sahih. Baik jangka pendek maupun jangka panjang, dampak bullying perlu diketahui oleh semua orang, terutama anak, orangtua, dan guru.

Dampak Bullying Jangka Pendek

Dampak bullying yang paling mudah dikenali adalah yang muncul dalam jangka pendek. Sebagai korban, baik orang dewasa maupun anak-anak bisa mengalami hal-hal di bawah ini sebagai akibat bullying yang dilakukan orang-orang di lingkungannya.

1.Masalah psikologis. Korban bully seringkali menunjukkan adanya gejala masalah psikologis, bahkan setelah perundungan berlangsung. Kondisi yang paling sering muncul adalah depresi dan gangguan kecemasan. Selain itu, efek bullying juga bisa menyebabkan gejala psikosomatis, yaitu masalah psikologis yang memicu gangguan pada kesehatan fisik. Hal ini tidak hanya berlaku pada orang dewasa, tapi juga anak-anak. Sebagai contoh, saat waktunya masuk sekolah, anak akan merasa sakit perut dan sakit kepala, meski secara fisik tidak ada yang salah di tubuhnya. Hal inilah yang disebut sebagai gejala psikosomatis.

2.Gangguan tidur. Dampak negatif bullying yang juga bisa terlihat jelas adalah gangguan tidur. Para korban bullying seringkali kesulitan untuk tidur yang nyenyak. Sekalipun bisa tidur, tidak jarang waktu tersebut justru dihiasi dengan mimpi buruk.

3.Pikiran untuk bunuh diri. Dampak bullying yang satu ini, tidak hanya bisa menghampiri pikiran orang dewasa. Korban bullying berusia anak-anak dan remaja pun berisiko memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup. Tidak jarang ada laporan kejadian tentang anak berusia sekolah yang meninggal dunia akibat bunuh diri setelah dirundung oleh teman-teman sepantarannya. Inilah bahaya bullying yang harus orangtua waspadai.

4.Tidak bisa menyatu dengan orang-orang di sekitar. Anak maupun orang dewasa yang mengalami bullying, secara tidak langsung ditempatkan pada status sosial yang lebih rendah dari rekan-rekannya. Hal ini membuat korban bully menjadi sering merasa kesepian, terabaikan, dan berujung pada turunnya rasa percaya diri.

5.Gangguan prestasi. Dampak dari bullying lainnya, yaitu anak cenderung akan mengalami kesulitan dalam mencapai prestasi belajar. Mereka akan kesulitan untuk berkonsentrasi di kelas, sering tidak masuk sekolah, dan tidak diikutsertakan dalam kegiatan yang ada di sekolah.

Dampak bullying dalam jangka panjang

Dampak bullying seringkali masih dirasakan korban, meski belasan bahkan puluhan tahun setelah insiden tersebut berlangsung. Dampak bullying dalam jangka panjang ini jarang terlihat, tapi justru inilah yang paling membuat korban merasa lebih tersiksa.

Para peneliti di Inggris melakukan riset mengenai dampak bullying hingga 40 tahun setelah kejadian. Hasilnya, ada beberapa dampak jangka panjang yang dirasakan para korban, seperti berikut ini:

1.Kondisi kesehatan para korban bully yang saat ini sudah berusia 50 tahun, cenderung lebih buruk dari segi mental maupun fisik.

2.Fungsi kognitif mereka pun lebih rendah dibandingkan dengan orang sepantarnya yang tidak pernah menjadi korban bully.

3.Kualitas hidup dan tingkat kepuasan hidup korban bully juga cenderung lebih rendah daripada rekan seusianya yang tidak pernah mengalami perisakan.

4.Dampak bullying juga tidak selalu bisa diprediksi kemunculannya. Anak yang menjadi korban bully, bisa saja tidak menunjukkan tanda-tanda terganggu dengan perlakukan tersebut. Namun di kemudian hari, anak-anak tersebut berisiko lebih tinggi mengalami gangguan mental depresif dan menerima perawatan psikiatri.

5.Bukti lain mengenai akibat bullying yang terjadi pada jangka panjang juga disajikan oleh hasil penelitian pada 1.420 anak berusia 9-16 tahun yang pernah menjadi korban bullying. Para ahli meneliti kondisi mental mereka selama 4-6 kali dalam jangka waktu beberapa tahun. Hasilnya, anak yang pernah mengalami perundungan lebih sering mengalami berbagai jenis gangguan kecemasan dan gangguan panik. Selain itu, trauma yang ditimbulkan oleh bullying yang diterima saat kecil, juga bisa mengubah struktur otak yang di kemudian hari, serta akan memengaruhi kemampuan dalam mengambil keputusan yang benar.

6.Terakhir, anak-anak yang pernah menjadi korban bully di masa kecilnya, cenderung mengalami kesulitan untuk bermasyarakat ketika beranjak dewasa, karena:

•Lebih sulit mendapatkan pekerjaan atau mempertahankan pekerjaan yang dimiliki

•Sulit untuk fokus terhadap satu hal

•Kesulitan untuk berinteraksi sosial dengan orang lain

•Cenderung lebih rentan terkena penyakit

BAGAIMANA MENCEGAH PERILAKU BULLYING?

Dilakukan secara menyeluruh dan terpadu, dimulai dari anak, keluarga, sekolah dan masyarakat.

1.Pencegahan melalui anak dengan melakukan pemberdayaan pada anak agar :

•Anak mampu mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya bullying

•Anak mampu melawan ketika terjadi bullying pada dirinya

•Anak mampu memberikan bantuan ketika melihat bullying terjadi (melerai/mendamaikan, mendukung teman dengan mengembalikan kepercayaan, melaporkan kepada pihak sekolah, orang tua, tokoh masyarakat)

2. melalui keluarga, dengan meningkatkan ketahanan keluarga dan memperkuat pola pengasuhan. Antara lain :

•Menanamkan nilai-nilai keagamaan dan mengajarkan cinta kasih antar sesama

•Memberikan lingkungan yang penuh kasih sayang sejak dini dengan memperlihatkan cara beinterakasi antar anggota keluarga.

•Membangun rasa percaya diri anak, memupuk keberanian dan ketegasan anak serta mengembangkan kemampuan anak untuk bersosialisasi.

•Mengajarkan etika terhadap sesama (menumbuhkan kepedulian dan sikap menghargai), berikan teguran mendidik jika anak melakukan kesalahan

•Mendampingi anak dalam menyerap informasi utamanya dari media televisi, internet dan media elektronik lainnya.

3.Melalui sekolah

•Merancang dan membuat desain program pencegahan yang berisikan pesan kepada murid bahwa perilaku bully tidak diterima di sekolah dan membuat kebijakan “anti bullying”.

•Membangun komunikasi efektif antara guru dan murid

•Diskusi dan ceramah mengenai perilaku bully di sekolah

•Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan kondusif.

•Menyediakan bantuan kepada murid yang menjadi korban bully.

•Melakukan pertemuan berkala dengan orangtua atau komite sekolah

4. melalui masyarakat dengan membangun kelompok masyarakat yang peduli terhadap perlindungan anak dimulai dari tingkat desa/kampung (Perlindungan Anak Terintegrasi Berbasis Masyarakat : PATBM).

5.Penanganan menggunakan intervensi pemulihan sosial (rehabilitasi). Merupakan proses intervensi yang memberikan gambaran yang jelas kepada pembully bahwa tingkah laku bully adalah tingkah laku yang tidak bisa dibiarkan berlaku di sekolah. Pendekatan pemulihan dilakukan dengan mengintegrasikan kembali murid yang menjadi korban bullying dan murid yang telah melakukan tindakan agresif (bullying) bersama dengan komunitas murid lainnya ke dalam komunitas sekolah supaya menjadi murid yang mempunyai daya tahan dan menjadi anggota komunitas sekolah yang patuh dan berpegang teguh pada peraturan Dan nilai-nilai yang berlaku. Program pendekatan pemulihan sosial ini mempunyai nilai utama Yaitu penghormatan, pertimbangan dan partisipasi. Prinsip yang Digunakan adalah :

•Mengharapkan yang terbaik dari orang lain

•Bertanggungjawab terhadap tingkah laku dan menghargai perasaan orang lain

•Bertanggungjawab atas apa yang telah dilakukan

•Peduli kepada orang lain

BAGAIMANA MENYEMBUHKAN TRAUMA BULLYING MASA KECIL PADA ORANG DEWASA?

Trauma masa kecil bisa memengaruhi kehidupan orang hingga ia dewasa, bahkan bisa menghambat dirinya untuk meraih sukses dan kebahagiaan. Trauma masa kecil bisa disebabkan oleh bullying berupa hinaan, ejekan, pemukulan, atau bahkan pengucilan. Dampak dari penggencetan di masa kecil bisa menghantui kehidupan seseorang hingga ia dewasa. Bullying tidak hanya meninggalkan trauma, namun juga membuat seseorang terhambat untuk menjadi sukses karena takut menghadapi tantangan yang sulit.

Perasaan tidak diinginkan, tidak dicintai, bahkan tidak berharga sering menghinggapi orang yang mengalami penggencetan di masa kecil. Perasaan-perasaan tersebut akan tetap melekat hingga ia dewasa, dan membuatnya sulit menemukan kebahagiaan di dalam hidup, karena kurangnya rasa percaya diri, dan tak mampu melihat keindahan dalam hidup.

Melansir dari situs Hithedmag, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk menyembuhkan trauma masa kecil ini. Atau setidaknya, mengurangi dampak trauma tersebut, agar tidak terlalu memengaruhi kehidupan dewasa Anda.

1.Membagikan pengalaman menyakitkan tersebut dengan orang Anda. Saat Anda sedang berusaha memulihkan diri dari trauma, mengetahui bahwa Anda bukan satu-satunya orang yang mengalami hal ini, akan membantu Anda mengatasi trauma tersebut. Bicarakan hal paling menyakitkan dari masa lalu Anda hanya kepada orang yang benar-benar Anda percaya. Menceritakan masa lalu yang buruk, kemungkinan akan membuat kita merasa rendah diri dan tidak sempurna. Namun, ketika Anda membuka diri, Anda akan dibuat terkejut oleh banyaknya orang yang mengalami hal serupa. Ada berbagai macam bentuk bullying, dan hampir semua orang pernah mengalaminya. Jangan pernah ragu untuk berbagi pengalaman, dengan membagi hal tersebut, beban yang Anda rasakan di dalam hati akan berkurang.

2.Lepaskan emosi negatif yang bersarang di hati Anda. Emosi terpendam yang berasal dari trauma bisa memengaruhi hidup Anda. Saat Anda mengalami sesuatu yang buruk, wajar saja jika merasa menderita. Namun, butuh keberanian dan tekad yang kuat untuk melepaskan rasa sakit di masa lalu, dan membuatnya berhenti memengaruhi hidup Anda. Jika Anda pernah di-bully, berusahalah lebih keras untuk melepaskan kemarahan dan depresi yang masih bersemayam di hati. Dengan begitu Anda akan menjadi pribadi yang lebih bahagia. Masa lalu yang menyakitkan, memang tidak bisa dilepaskan sepenuhnya dari kenangan kita. Karena hal tersebut adalah bagian dari pengalaman hidup, yang mengasah diri Anda menjadi pribadi yang kuat seperti sekarang.

3.Hidup sepenuhnya di masa sekarang. Perlakuan buruk orang-orang di masa lalu seringkali membuat kita berpikir bahwa semua orang akan selalu memperlakukan kita dengan buruk. Padahal sebenarnya tidak. Selalu ingatkan diri Anda, bahwa hal menyakitkan tersebut terjadi di masa lalu. Saat ini, Anda memiliki kendali penuh atas hidup Anda. Anda bisa mengatasi berbagai perlakuan buruk yang Anda terima, karena Anda jauh lebih kuat dibanding diri Anda di masa lalu.

4.Cintai, dan percayalah pada diri Anda tanpa syarat. Mungkin akan sangat sulit mencintai diri sendiri ketika Anda selalu merasa tak berharga dan tak layak dicintai, karena perlakuan buruk di masa lalu. Karena itu, fokuslah pada orang-orang yang memperlakukan Anda dengan baik, yang menerima diri Anda apa adanya. Menghitung setiap prestasi yang Anda capai juga bisa menjadi cara untuk mencintai diri sendiri, menyombongkan diri sedikit tidak mengapa, agar bisa mengatasi perasaan rendah diri yang terlalu lama bercokol di dalam diri Anda.

5.Paksa diri Anda untuk membuat pilihan yang sulit. Orang yang memiliki trauma, cenderung lebih suka bermain ‘aman’ dalam hidupnya. Ia akan membuat pilihan-pilihan yang ia tahu bisa ia lakukan, dan ia ketahui efeknya di masa depan. Jarang sekali ia memilih tantangan hidup yang sulit, yang ia tidak ketahui apakah ia mampu melakukannya atau tidak. Hal ini tentu saja akan menghambat potensi yang ia miliki untuk berkembang, ia bisa saja lebih maju dari rekannya yang lain, tapi karena memilih aman, ia jadi tertinggal di belakang. Lawanlah kecenderungan ini, paksa diri Anda untuk melewati zona aman yang Anda miliki. Buat pilihan-pilihan yang menantang diri Anda untuk berbuat lebih, dengan risiko gagal yang lebih tinggi. Hal ini akan membantu Anda membangun kepercayaan diri dan keyakinan pada kemampuan diri sendiri.

6.Temukan kepercayaan diri melalui hal yang Anda sukai. Setiap orang pastinya memiliki hobi yang ia sukai, Anda bisa melakukan hobi tersebut untuk melepaskan rasa sakit dari trauma masa lalu yang masih membelenggu diri Anda. Contohnya dengan menari, berjalan-jalan, atau melakukan apapun yang membuat Anda merasa lebih damai. Lakukan hal-hal yang membuat Anda menemukan energi dan semangat untuk menjalani hidup. Bertemu dengan teman lama yang menghargai Anda, berhubungan dengan orang-orang yang mengasihi Anda. Semua itu akan membuat Anda menyadari, bahwa masih banyak orang yang mencintai dan menghargai Anda, sehingga kepercayaan diri dalam menjalani hidup bisa bertambah.

7.Perlakukan orang lain dengan penuh kasih sayang. Menjadi korban penggencetan di masa lalu, akan membuat Anda menjadi pribadi yang lebih peduli dan bisa berempati. Anda mengalami sendiri, bagaimana sakitnya menjadi orang yang diperlakukan dengan buruk. Sebab itu, berusahalah untuk bersikap ramah dan baik kepada setiap orang yang Anda temui. Menyebarkan kasih sayang jauh lebih baik dibandingkan menyebarkan kebencian, karena masa lalu Anda yang kurang beruntung.

8.Ceritakan pada anak-anak tentang bullying. Masa lalu tidak akan pernah bisa diulang, apalagi diubah. Namun akan selalu ada pelajaran yang bisa Anda petik dari pengalaman di masa lalu. Bila Anda memiliki anak, ajari mereka untuk saling mengasihi dengan sesama teman. Ceritakan pengalaman Anda sebagai korban bullying agar mereka bisa menyadari pentingnya kasih sayang dalam pertemanan. Ini juga bisa mencegah anak kita mengalami trauma masa kecil, atau menjadi penyebab trauma dalam hidup orang lain.

9.Berbanggalah atas apa yang Anda capai, hingga trauma masa kecil tak lagi menghantui. Sadarilah bahwa pengalaman buruk Anda di masa lalu telah mengasah Anda menjadi pribadi yang lebih kuat dan berani. Bertahan dari penggencetan bukanlah hal mudah, betapa banyak di luar sana anak-anak yang bunuh diri karena tidak kuat menjadi korban bullying. Namun Anda masih hidup sampai sekarang, karena Anda lebih kuat dari mereka. Jangan biarkan apa yang terjadi di masa lalu memengaruhi kehidupan Anda di masa sekarang dan masa depan. Anda patut untuk berbahagia tanpa harus dibayangi masa lalu yang buruk. Hiduplah dengan berani, buat pilihan yang menantang diri Anda untuk lebih maju. Lepaskan masa lalu, hiduplah untuk masa sekarang dan masa depan. Bila Anda masih merasa sulit untuk melakukannya, cobalah untuk terapi ke psikolog agar bisa pulih dari trauma masa kecil ini.

KASUS BULLYING DAN HUKUM DI INDONESIA

Pada tahun 2006 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kasus kekerasan pada anak mencapai Rp 25 juta, dengan berbagai macam bentuk, dari yang ringan sampai yang berat. Lalu, data BPS tahun 2009 menunjukkan kepolisian mencatat, dari seluruh laporan kasus kekerasan, 30 persen di antaranya dilakukan oleh anak-anak, dan dari 30 persen kekerasan yang dilakukan anak-anak, 48 persen terjadi di lingkungan sekolah dengan motif dan kadar yang bervariasi.

Plan Indonesia sendiri pernah melakukan survei tentang perilaku kekerasan di sekolah. Survei dilakukan di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Bogor, dengan melibatkan 1.500 siswa SMA dan 75 guru. Hasilnya, 67,9 persen menganggap terjadi kekerasan di sekolah, berupa kekerasan verbal, psikologis, dan fisik. Pelaku kekerasan pada umumnya adalah teman, kakak kelas, adik kelas, guru, kepala sekolah, dan preman di sekitar sekolah. Sementara itu, 27,9 persen siswa SMA mengaku ikut melakukan kekerasan, dan 25,4 persen siswa SMA mengambil sikap diam saat melihat terjadi kekerasan.

Contohnya saja seperti kasus bullying yang beberapa waktu lalu viral di media sosial. Kasus ini berada di Kota Malang di mana siswa SMP Negeri 16 Kota Malang mengalami kejadian bullying yang dilakukan oleh teman-temannya.

Bullying yang dilakukan membuat korban harus mengalami amputasi pada jari tengahnya. Polisi pun telah melakukan penyidikan lebih lanjut mengenai kasus bullying tersebut.

Kapolresta Malang Kota menyatakan bahwa sebelumnya korban juga pernah diangkat beramai-ramai dan dibanting di paving pada saat jam istirahat. Tindakan bullying yang terjadi beberapa waktu lalu ini cukup menyita banyak perhatian dari masyarakat Indonesia. Selain kasus tersebut , masih banyak kasus bullying lainnya.

Dengan banyaknya kasus yang terjadi sayangnya tidak diimbangi dengan pemberian sanksi dari pihak sekolah terkait. Pihak sekolah terkadang tidak memberikan sanksi yang berat bagi pelaku bullying tersebut. Pihak pemerintah juga harus melakukan tindakan agar kasus bullying juga tidak terus menerus terjadi.

Sayangnya kasus bullying ini menurut beberapa orang dianggap cukup sepele. Mereka mengatakan bahwa tindakan dari pelaku bully dilakukan atas candaan bersama teman. Akan tetapi tindakan tersebut tidak wajar bagi korban dan dapat memberikan dampak yang sangat buruk bagi korban.

Banyak dari pihak sekolah terkait memberikan kebijakan dengan cara menyelesaikan masalah bullying ini secara kekeluargaan. Hal tersebut banyak mendapat kecaman dari beberapa masyarakat karena menurutnya hal tersebut tidak layak di selesaikan dengan cara kekeluargaan.

Jika cara itu dilakukan, takutnya akan menambah kasus serupa apabila tidak diimbangi dengan sanksi yang berat kepada pelaku bullying.

Di dalam Undang-Undang telah mengatur tentang tindakan bullying di lingkungan pendidikan pada Pasal 54 UU 35/2014 yang berbunyi sebagai berikut:

(1)Bahwa anak di dalam dan di lingkungan satuan pendidikan wajib mendapatkan perlindungan dari tindak kekerasan fisik, psikis, kejahatan seksual dan kejahatan lainnya yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan/pihak lain,

(2)Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, aparat pemerintah dan/masyarakat.

Perlindungan dalam kasus bullying ini dirasa masih kurang, kebanyakan kasus tidak ditindakanlanjuti terkait sanksi. Pelaku hanya memberikan permohonan maaf atas perlakuannya setelah itu kasus tersebut dianggap selesai.

Sayang sekali peraturan-peraturan yang telah ditetapkan untuk mengatur hidup bernegara di Indonesia ini masih lemah dalam penegakannya. Jadi peran dari pemerintah dirasa masyarakat masih kurang optimal dalam kasus bullying ini.

Meskipun pelaku seringnya di bawah umur namun sanksi tetap saja sanksi. Mereka harus mendapatkan sanksi karena mereka telah melakukan tindakan yang menyakiti korban.

Negara Indonesia ini dikatakan bahwa sebuah negara hukum tapi dalam hal penegakan hukum maupun kebijakan masih kurang khususnya pada kasus bullying. Semoga selanjutnya, Indonesia bisa lebih baik dalam hal penegakan hukum dan perlindungan terhadap hak asasi manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun