Mohon tunggu...
Karimah
Karimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis genre Moody

Percaya Tuhan, dan zodiak kelahiran. Anak pertama yang berzodiak Aquarius, suka ngemil garlic, doyan ikan, dan warna putih.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Payung Kuning

10 Juli 2021   21:30 Diperbarui: 10 Juli 2021   21:53 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Syifa menceritakan siapa sebenarnya Jeffri, awal pertemuan hingga alasan dirinya kesini. Sedangkan Yura tertegun diam menatap wajah Jeffri. Setelah kejadian ini, Syifa dan Jeffri semakin lebih dekat berkomunikasi. Syifa menerima tawaran menjadi model kerudung milik ibu Aira dan akhirnya menjadi kekasih Jeffri. Hingga suatu hari...

"Dunia sempit ya..", ucap Jeffri di meja makan.

Jeffri berniat mengajak ayah dan ibu untuk memperkenalkan kekasihnya, Syifa di suatu tempat makan. Namun, ibunya berhalangan hadir karena situasi saat itu ayah Jeffri dan ibunya dalam proses perceraian. Syifa yang mengajak ibunya untuk hadir atas undangan kekasihnya merasa kurang beruntung pada hari itu.

Sebelumnya, Jeffri menemukan lukisan perempuan yang mirip sekali dengan wajah Syifa, namun dibawah lukisan tersebut tertulis Yura Yunita. Adapun lukisan lainnya adalah payung kuning dengan wanita berpakaian pakaian memakai rok dan kemeja motif bunga persis seperti style pakaian yang sering dipakai ibu Yura. Tidak hanya itu, Jeffri tidak sengaja melihat sapu tangan dengan warna gambaran yang sangat khas dengan gambaran ayahnya. Jeffri semakin yakin dengan perasaannya yang ganjal ini.

Permasalahan di dalam keluarga Jeffri masih belum selesai. Hampir satu tahun yang lalu ayah nya menggugat ibunya karena alasan ibunya tidak istri sekaligus ibu yang peduli terhadap keluarga. Satu tahun yang lalu merupakan awal bertemunya ayah Jeffri, Ferdian dan ibu Syifa, Yura. Tanpa sepengetahuan anak-anaknya, mereka beberapa kali bertemu untuk sekedar nostalgia zaman kuliah. Bertukar cerita hingga alasan Yura pergi tanpa kabar, maupun Ferdian yang hampir putus asa menjadi seorang pelukis. Tak hanya itu mereka sempat bercerita tentang keluarganya masing-masing. Yura yang memilih berpisah dengan ayah kandung Syifa, dan Ferdian yang merasa tak pernah bahagia selama bersama Aira.

"Selama ini ayah dan ibu Yura sering bertemu di belakang kita, Fa", ucap Jeffri dengan nada gemetar.

"Aku baru berani mengatakan sekarang karena aku tidak siap kehilangan kamu. Aku tidak siap menerima kenyataan kamu akan menjadi saudaraku". Jeffri menahan airmatanya.

"Ayahku dan ibumu memiliki niat melanjutkan hubunganya yang belum selesai. Dan aku sengaja, dalam sadar mengajak mu, ayah, dan ibu Yura kesini. Mama tidak datang karena mama tidak sanggup melihat kenyataan ini. Kalau ayah tidak bahagia dengan mama, kenapa baru sekarang ayah berani meggugat cerai? Kenapa tidak dari dulu? Jeffri tidak pernah melarang ayah berpisah dengan mama. Dan untuk ibu Yura, mohon maaf kali ini Jeffri harus melukai perasaan dengan menceritakan semuanya pada Syifa".

Mendengar semua cerita dari Jeffri, Syifa terpaku diam memandang gelas minuman di depannya.. Mengapa dirinya selama ini tidak pernah merasa, tidak pernah berpikir jika akhirnya sema ini berjalan tidak seperti yang diinginkan. Bagi ibunya, dirinya adalah penyembuh dari segala penyakit yang diderita. Bagi Jeffri, Syifa adalah penawar dalam racun-racun kehidupan nya. Syifa memandangi ibunya yang sedang sedih, dan pertama kalinya melihat nya menangis sedih seperti itu. Syifa memandang Ayah Jeffri yang diam tak mengucapkan sepatah katapun, dan melihat kekasihnya yang saling memandang dengan amarah yang belum padam.

"Kita menjadi keluarga saja, meskipun dengan ini kita saling menyakiti", untuk pertama kalinya Syifa mengeluarkan suara setelah hampir setengah jam diam

Mendengar kata-kata yang dilontarkan dari nya, mereka semua terdiam dan menahan nafas. Seolah mereka tidak percaya, ucapan itu keluar dari mulut anak yang berusia 18 tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun